Dan beberapa wilayah di Afrika Utara
3
KEKEJAMAN NAZI
Perang Dunia ke-2 lebih dari sekadar
perang, perang ini juga sebuah upaya menyeluruh untuk melakukan pembantaian dan
pemusnahan bangsa. Dimulainya perang ini ini didasarkan pada kebijakan “ruang
hidup” rasis Hitler.
Ketika tentara sekutu membebaskan wilayah-wilayah bekas jajahan Nazi,
pemusnahan etnis kejam yang dilakukan oleh tentara Nazi di kamp-kamp
penampungan pun terungkap. Sebelas juta manusia telah dibunuh dengan dengan
cara pemusnahan masal yang mengerikan, dan sedikit dari mereka masih hidup
dalam keadaan mengenaskan. Kekejaman semacam ini memperlihatkan besarnya
bencana yang diakibatkan oleh rasisme Darwin.
|
Hitler menyatakan bahwa wilayah
Jerman saat itu tidak cukup lagi bagi bangsa Jerman dan bahwa ras Aria tengah
terhimpit di wilayah ini. Dia kemudian berpendapat bahwa mereka harus menduduki
negara-negara Eropa Timur dan menjadikan tempat tersebutLebensraum, atau
“ruang hidup,” bagi rakyat Jerman. Puluhan juta orang yang sudah menghuni
tempat ini menghadapi pembantaian kejam.
Tentara Nazi melakukan pembantaian
besar-besaran di setiap wilayah yang mereka duduki di Eropa Timur. Terutama
sekali, mereka melakukan tindakan tanpa kenal ampun terhadap bangsa Yahudi,
Gipsi, Polandia, dan Slavia, kelompok yang mereka anggap lebih rendah daripada
mereka.
Satuan SS Nazi khusus yang dibentuk
terutama untuk mengadakan pembantaian ini mulai membunuh semua kelompok sasaran
mereka, terutama bangsa Yahudi. Semua wilayah yang sudah diduduki dipenuhi
jenazah yang tewas dan orang-orang selamat yang meratapi mereka. Para pendeta
dan tempat-tempat ibadat merupakan sasaran yang paling disukai oleh Nazi.
Mereka membakar dan menghancurkan semua gereja dan membunuh para agamawan.
Kekejaman Nazi benar-benar tampak di
pusat-pusat tawanan mereka. Bangsa Yahudi, Gipsi, tahanan perang, dan pendeta
Katolik dipaksa bekerja keras layaknya budak. Barak tawanan ini tak ubahnya
rumah pejagalan manusia. Berjuta-juta lelaki, perempuan, dan anak-anak yang tak
bersalah dibantai secara kejam dengan cara yang dirancang untuk membunuh
manusia secara massal. Saat barak tersebut dibebaskan, Sekutu disambut oleh
puluhan ribu mayat yang diletakkan berdampingan dengan tahanan yang menunggu di
pintu kematian. Di dalam barak tawanan Nazi, sejumlah 11 juta orang tidak
bersalah kehilangan nyawa mereka.
Pada tahun 1943, makin jelas bahwa Nazi
akan kalah perang. Di Stalingrad, bala tentara Hitler menderita kekalahan telak
di tangan angkatan bersenjata Soviet. Setelah bencana ini, bangsa Jerman juga
kalah dalam perang lainnya di wilayah Kursk, peristiwa yang dikenal sebagai
perang tank terbesar dalam sejarah. Kekalahan kini tidak dapat dielakkan. Namun
para anggota Nazi, walaupun menarik diri, tetap meneruskan pembantaian.
Bertindak atas perintah Hitler, mereka menghancurkan semua wilayah yang mereka
lewati dan membunuh rakyat sipil. Pasukan Jerman meninggalkan jutaan mayat dan
orang yang selamat yang meratapi saudaranya.
Saat pasukan Sekutu mencapai Berlin,
jatuhnya Nazi tidak dapat lagi dielakkan. Namun, pasukan Tentara Merah yang
memasuki Berlin menjadi wakil paham kekerasan yang lain lagi. Dalam tahun-tahun
berikutnya, sudah demikian jelas bahwa tentara Stalin tidak kalah kejam dan
bengisnya dibandingkan dengan tentara Hitler. Hampir sama saja jumlah orang
yang binasa di barak tawanan Stalin. Di wilayah yang mereka duduki,
serdadu-serdadu Stalin melakukan pembantaian yang serupa dengan kekejian
serdadu Nazi.
Tindakan gila yang dikenal sebagai
Perang Dunia II meminta korban nyawa 55 juta orang. Dunia telah menjadi saksi
bagi bentuk lain upacara setan yang menumpahkan darah. Padahal, Allah menyuruh
manusia mengikuti jalan damai dan aman, bukan jalan setan
4 PUNCAK KEJAYAAN NAZI
Pertempuran
Eben-Emael (1940), Puncak Kejayaan Pasukan Fallschirmjäger!
Generaloberst Kurt
Student (disini pangkatnya masih General der Fallschirmtruppe), panglima
Fallschirmjäger yang menjadi otak serangan terhadap Benteng Eben-Emael
Para komandan
Fallschirmjäger yang berjasa dalam penyerbuan Eben-Emael, langsung diganjar
oleh Adolf Hitler dengan Ritterkreuz, dan mendapat keistimewaan digambar
satu-satu oleh pelukis resmi Wehrmacht, Wolfgang Willrich!
Peta Benteng
Eben-Emael. Orang-orang Belgia begitu bangganya dengan konstruksi benteng ini,
sehingga mereka menyebutnya sebagai "tak tertaklukkan". Iya sih bila
menyerang secara frontal tak terbayangkan kerugian yang akan dialami Jerman,
bisa-bisa Phyrric Victory. Tapi dalam hal ini secara cerdik mereka menggunakan
taktik yang sama sekali tak terduga sebelumnya oleh penjaga benteng : dari
udara!
Boardgame yang
mengambil setting pertempuran Eben-Emael. Perhatikan bahwa yang memainkannya
pun memakai pakaian militer! Pernah nyoba?
Fallschirmjäger dari
grup Koch, berfoto tanggal 12 Mei 1940, tak lama setelah dengan gilang gemilang
berhasil menguasai benteng Eben-Emael
Serangan komando
Fallschirmjäger menjadi kurikulum wajib pasukan komando dan akademi militer
sedang dipelajari dan dimainkan secara taktis ala tablegame.
Sturmgruppe Granit di
Benteng Eben Emael, 10 Mei 1940 Rencana Jerman untuk Blitzkrieg front Barat
(operasi Fall Gelb) di awal Perang Dunia II, untuk menyerang dan menundukkan
Perancis dan negara-negara dataran rendah akan dilaksanakan setelah menundukkan
Polandia (September 1939) yang sebagai daerah netral untuk berhadapan dengan
Russia.
Pola strategi
besarnya hampir sama dengan strategi saat Perang Dunia I yaitu Schlieffen Plan
namun telah di revisi atas usulan Generaloberts Erich von Manstein menjadi
Sichelschnitt, yaitu:
- Heeresgruppe B
melakukan sapuan dari sayap kanan melewati Belanda, Belgia dan Luksemburg
(negara-negara dataran rendah) untuk memancing pasukan utama Perancis dan
British Expeditionary Forces membantu Belanda dan Belgia.
- Heeresgruppe A
sebagai serangan utama dan dari tengah akan memotong dan mengurung pasukan
Perancis dan British Expeditionary Forces melalui hutan Ardennes, menyebrangi
sungai Meuse dan dari kota Sedan menuju daerah pantai di Boulogne, Calais dan
Dunkirk di tepian English Channel dan Laut Atlantic.
- Heeresgruppe C
sebagai pancingan agar pasukan-pasukan Perancis tetap mematung di garis
pertahanan / benteng-benteng Maginot.
Jerman, baik di awal
maupun selama Perang Dunia II, lebih mengandalkan strategi, organisasi tempur
(Battle Order) yang lebih modern, efektif efisien dan penguasaan medan,
daripada banyaknya jumlah peralatan dan pasukan.
Struktur serangan
dari operasi Fall Gelb (kasus kuning) di pecah-pecah ke dalam operasi-operasi
yang lebih kecil dan independen dengan koordinasi yang tinggi.
Target-target strategis
dan penting (dengan urutan teratas) di Belgia untuk sebagian pelaksanaan
operasi Fall Gelb yang harus direbut dan diamankan:
1) Jembatan
Vroenhoven.
2) Benteng Eben
Emael.
3) Jembatan
Veldwezelt.
4) Jembatan Kanne.
Dimana selanjutnya
jembatan-jembatan tersebut akan digunakan 6. Armee (Angkatan Darat ke 6) untuk
penetrasi lebih jauh ke Belgia.
Alasan mengapa
Benteng Eben Emael secara militer dianggap sebagai target kedua terpenting:
1) Memiliki 6 kanon
artileri kaliber 120mm jarak tembak 18 km dan 2 di antaranya dapat berotasi 360
derajat dalam kubah baja kokoh, 16 kanon artileri kaliber 75mm jangkauan tembak
8 km (4 di antaranya dalam kubah baja yang dapat menembak ke segala arah).
Kanon artileri tersebut dapat melindungi kota Maastricht di Utara dan kota Vise
di Selatan. Selain itu, memiliki 12 kanon anti-tank kaliber 60mm, 24 heavy
machine-gun, 6 light machine-gun, 4 kanon penangkis serangan udara kaliber 60mm
dan 6 lampu sorot. Artileri tersebut terutama yang berkaliber 120mm, dapat
digunakan pasukan Belgia utk menghancurkan ketiga jembatan penting dan
menghambat gerak maju pasukan Jerman.
2) Benteng ini mulai
dibangun tahun 1932 dan selesai 1935 dengan biaya sekitar 24 juta Francs kala
itu, dibangun karena pengalaman buruk Belgia terhadap Jerman saat Perang Dunia
I. Dibangun pada bukit berbatuan Granit dengan ketinggian 50 meter dari
permukaan laut dan terlindungi oleh faktor alam serta pertahanan buatan, berada
di tepian Albert Canal pada bagian Utara dan sungai Meuse di bagian Timur,
jebakan / parit tank selebar 20 meter dengan panjang 1.500 meter serta kawat
berduri di bagian Barat dan Selatan, dan hanya memiliki satu pintu masuk.
Panjang benteng
keseluruhan yang membentuk segitiga utara-timur 900 meter dan timur-selatan 700
meter, dengan kedua sisi yang paling lebar 300 meter dan berada di atas tanah
seluas 5 hektar. Memiliki 2 lantai di dalam bukit (berada di atasnya Pillboxes,
Casemates, Bunkers dengan periskop intip dan Cupolas, berikut variasi atap-atap
dengan ketinggian 5 meter).
Kedua lantai bawah
bukit dan atap-atap tersebut dihubungkan dengan tangga, dimana terdapat dua
tangga utama, dua lift dan koridor sepanjang 4.5 km di bawah bukit
(transportasi perwira dalam benteng memakai sepeda).
Serupa dengan
Perancis dengan Benteng Maginot-nya, Belgia masih menganut pola fortifikasi dan
Trench War karena belum memiliki inovasi strategi untuk meredam senapan mesin
dan hantaman artileri berat saat pergerakan pasukan yang lebih mobile dan
elastic dalam pola-pola serangan maupun pertahanan mereka.Benteng Eben Emael
sangat well-situated, well-armed dan well-defended strongpoint, sangat sulit
ditembus dan direbut dari segala arah, begitulah keyakinan para petinggi dan
prajurit Belgia, rakyat Belgia dan pengamat militer kala itu.
3) Memiliki sebuah garnisun
berkekuatan 1.200 serdadu (sekitar 500 serdadu bertugas melayani kanon-kanon
tersebut) di dalam Benteng Eben Emael, yang dapat bertambah dengan infantry
support dari barak-barak di luar Benteng yang terlindungi oleh faktor alam dan
buatan, hingga mereka dapat bertahan selama beberapa minggu walaupun terkepung,
memiliki 6 generator sebagai pembangkit listrik sendiri.
Bila Jerman melakukan
penyerangan atau perebutan target-target strategis tersebut dilakukan dengan
frontal assault, sangat besar kemungkinan jembatan-jembatan penting di sungai
Meuse dan Albert Canal akan rusak atau hancur seluruhnya karena diledakkan
pasukan Belgia guna menghambat laju serangan pasukan Jerman. Terutama Benteng
Eben Emael, frontal assault sama saja bunuh diri atau akan mengorbankan ribuan
serdadu dan peralatan untuk merebutnya.
Kanon dengan kaliber
tersebut yang dimiliki Eben Emael pada permulaan Perang Dunia II cukup
mutakhir, mengingat panzer-panzer Jerman yang berjumlah 2.800 panzer pada
permulaan perang, 90% kanonnya berkaliber 50mm dan 37mm, sedangkan howitzer-nya
berkaliber 98mm & 105mm.
Penggodokan serangan
ke Belgia dimulai pada bulan November 1939, dilakukan para petinggi militer
Jerman dan salah satu penggagasnya Generalmajor Kurt Student.Cara apa yang
harus dilakukan dan bagaimana, bila dengan pasukan payung, bagaimana cara agar
tetap menjaga unsur kecepatan, dadakan dan komando terarah.
Akhirnya diputuskan
bahwa serangan pembuka ke target-target strategis akan dilakukan oleh
Fallschirmjäger tetapi tidak dengan terjun payung, namun dengan pesawat tanpa
mesin tanpa suara, yaitu Glider DFS-230, alasannya:
= Menjaga unsur
kecepatan, dadakan dan koordinasi serangan pasukan kecil tersebut.
= Ketepatan mendarat
pasukan payung kurang akurat, melebar dan serdadunya tersebar.
= Pasukan diterjunkan
dengan payung, mendarat dengan senjata dan peralatan yang terpisah, setelah
mendarat mereka harus melepas payung terlebih dahulu lantas mencari kontainer
peralatan dan regunya.
= Kontainer peralatan
tidak dapat membawa peralatan untuk heavy infantry seperti: ekstra
stielgranate, flame-thrower, demolition-charge, hollow-charge, bangalores,
heavy machine-gun MG 34 dan assault-ladder, yang akan sangat berguna untuk
merebut dan mempertahankan target-target jembatan, terutama Benteng Eben Emael
dalam tempo singkat.
Hauptmann Walter Koch
ditugaskan sebagai operator lapangan dalam serangan ke target-target di Belgia
tersebut, dimana dia memilih personelnya dari I Bataillon, 1 Fallschirmjäger
Regiment (I / FJR1) dan Oberleutnant Rudolf Witzig dari II Pionier Bataillon, 1
Fallschirmjäger Regiment (II / FJR1), pasukan ini disebut dengan Sturmabteilung
Koch (Detasemen Serangan Koch).
Battle Order dari
Sturmabteilung Koch yang terbentuk dengan perincian urutan:
Target = Kode Unit
Tempur = Jumlah Gliders = Jumlah Serdadu):
1) Jembatan
Vroenhoven = Sturmgruppe Beton = 11 Gliders = 5 perwira = 129 serdadu (Kapten
Koch berada disini).
2) Benteng Eben Emael
= Sturmgruppe Granit = 11 Gliders = 2 perwira = 85 serdadu (Letnan Witzig
berada disini).Jumlah Glider sama dengan Beton tapi perwira dan serdadunya
lebih sedikit, karena peralatan yang dibawa seperti: ekstra stielgranate,
flame-thrower, demolition-charges, hollow-charges, bangalores, tangga dan heavy
machine-gun.
3) Jembatan
Veldwezelt = Sturmgruppe Stahl = 10 Gliders = 1 perwira = 91 serdadu.
4) Jembatan Kanne =
Sturmgruppe Eisen = 10 Gliders = 2 perwira = 88 serdadu.
Pelatihan secara
intensif dan rahasia Sturmgruppe Granit dilakukan di Hidelsheim hampir selama 6
bulan dengan menggunakan bunker-bunker buatan dan pengenalan medan melalui
maket-maket untuk penentuan regu yang mengamankan 31 Werks (target) di atas
benteng, serta pencarian informasi dari perusahaan dan orang-orang yang pernah
mengerjakan proyek pembuatan benteng, agar diperoleh detail benteng tersebut.
Bukan hanya serdadu,
pilot-pilot Glider juga dilatih secara intensif pada sebuah benteng Ceko yang
hampir mirip dengan Eben Emael, terutama untuk pengaturan pendaratan atau
memendekkan rentang pendaratan yang dibuatkan tambahan gulungan kawat dan
berfungsi sebagai tambahan rem pada rel kayu pendaratan.
Rencana serangan
Sturmgruppe Granit pada benteng Eben Emael:
1) Gliders akan
ditarik JU-52 mulai pukul 04.30 pagi hari 10 Mei 1940 dan dari dua lapangan
terbang di luar kota Koln: Ostheim dan Butzweilerhof.
2) Selama perjalanan
menuju sasaran, tidak ada penggunaan radio komunikasi, unsur kejutan dadakan
dan kesenyapan harus tetap terjaga.
3) JU-52 akan terbang
dengan kecepatan 140 km perjam, dipandu dengan flare path sepanjang 20 km dari
bawah, mulai Aachen menjelang perbatasan Jerman-Belgia, serta untuk memandu
pelepasan Gliders.
4) Gliders akan
terlepas dari JU-52 saat masih dalam wilayah Jerman, untuk menghindari
kecurigaan dari suara mesin JU-52 dan dari ketinggian 2.500 meter dengan jarak
tersisa ke benteng Eben Emael sejauh 35 km dengan kecepatan terbang Gliders 124
km perjam. 5) Sebelas Gliders akan mendarat di atas benteng, saat matahari
mulai terbit di belakang mereka pukul 05.30, hingga serdadu-serdadu jaga Belgia
akan kesilauan dan tidak menyangka akan kedatangan tamu tak diundang yang
modern tanpa suara, dari atas dan dari arah terbit matahari.
6) Sebelas Gliders
berisi 11 regu dengan tugas masing-masing regu terarah begitu mereka mendarat
dan keluar dengan cepat dari Gliders untuk mengambil posisi serta melumpuhkan
seluruh kanon berikut machine-gun support nya.
7) Tugas-tugas
Fallschirmjäger terbagi dalam 31 Werks. Satu Glider berisi sang komandan
Sturmgruppe Grani, Letnan Witzig dengan pasukan cadangannya, Trupp 11.
8) Operasi
direncanakan memakan waktu sekitar 4 jam (berikut kemungkinan menahan serangan
balik pasukan Belgia dari luar benteng atau dari dalam benteng) dan setelah itu
pada pukul 10.00, akan digantikan 51. Pionier Bataillon dari 6. Armee yang akan
melewati Jembatan Kanne yang diamankan Sturmgruppe Eisen.
9) 5 menit setelah
pendaratan Gliders (pukul 05.35) Heeresgruppe B (6. Armee ke Belgia) akan
memulai serangan ke negara-negara dataran rendah.
Rencana pertahanan Belgia:
1) Menunggu, terutama
keyakinan mereka yang tinggi akan keampuhan benteng Eben Emael yang tidak dapat
/ sukar ditembus dari segala arah.
2) Menghancurkan 3
jembatan penghubung ke daratan utama Belgia begitu tahu ada serangan.
3) Kanon jarak
jauhnya dari Benteng Eben Emael akan mengganggu pergerakan bala tentara Jerman,
terutama saat membuat pontoon bridge atau memperbaiki jembatan rusak dan
menyebrangi sungai Meuse dan Albert Canal.
4) Bertahan selama
mungkin untuk menunggu bantuan dari bala tentara Perancis dan British
Expeditionary Forces.
Hasil diperoleh saat
operasi Sturmgruppe Granit dari masing-masing rencana:
1) Glider yang
mengangkut Letnan Witzig sang komandan dari Sturmgruppe Granit dan Trupp 11
(regu cadangan), tali penariknya mengalami kerusakan, terlepas dan melakukan
pendaratan darurat masih di sekitar Koln.
2) Glider yg
mengangkut Trupp 2 juga mengalami gangguan sehingga mendarat di Duren dekat
dengan perbatasan Jerman-Belanda.
3) Berarti hanya 9
Gliders yang mendarat di benteng dengan 55 serdadu dan 9 pilot berfungsi
sebagai serdadu begitu mendarat dengan menembakkan light machine-gun M15 dari
jendela kokpit untuk covering fire.
4) Glider pertama
yang mendarat di benteng dan mengangkut Trupp 8, mendarat pada pukul 05.24, di
bawah hujan tembakan penangkis serangan udara yang terlambat mengetahuinya,
lalu diikuti dengan Glider yang mengangkut Trupp 5 dan seterusnya.
5) Karena Letnan
Witzig berhalangan hadir saat operasi, seharusnya komandan pengganti adalah
Leutnant Egon Delica, tetapi Glider yang mengangkut Trupp 1 mendarat sekitar
200 meter dari sasaran pendaratan karena remnya terlalu berfungsi dan
diberondong heavy machine-gun dari Casemate 18. Oberfeldwebel (Sersan-Mayor)
Helmut Wenzel dari Trupp 4 berinisiatif bahwa Letnan Delica tidak dapat
mengambil alih posisi Letnan Witzig, maka dia menyalakan radio komunikasi untuk
kontak dengan Kapten Koch di Vroenhoven, memberitahu posisi / situasi, kontak
pembom tukik Stuka untuk menyerang posisi pasukan pendukung Belgia di luar
bentang yang mulai menyusun serangan balik ke pintu masuk benteng, mengatur
serangan secara keseluruhan Trupp di atas benteng dan selanjutnya juga meminta
tambahan amunisi.
6) Sekitar 20 menit
dari seluruh pendaratan 9 Gliders, target-target utama seperti meriam kaliber 120mm
dan kaliber 75mm berikut machine-gun support nya telah dilumpuhkan, kanon-kanon
tersebut belum sempat bereaksi untuk menghantam tiga target dari jembatan
penting tersebut.
7) Sturmgruppe Eisen
di bawah komando Oberleutnant Schachter yang bertugas merebut Jembatan Kanne
mengalami perlawanan sengit, dia sendiri terluka serius, dan pasukan Belgia
sempat meledakkan jembatan (perlu perbaikan kurang lebih setengah hari untuk
dapat dipakai kembali), berarti serdadu pengganti Sturmgruppe Granit di benteng
Eben Emael, 51. Pionier Bataillon akan terhambat sekitar 12 jam.Pertempuran di
Jembatan Kanne sendiri berlangsung sengit, sampai pasukan induk ikut membantu
Sturmgruppe Eisen dan baru selesai pertempurannya pada sore hari.
8) Letnan Witzig dan
Trupp 11 mendarat di benteng dengan Glider lain dari Koln pada pukul 08.30,
Serma Wenzel memberikan laporan situasi bahwa semua target utama sudah
dilumpuhkan, dan tinggal menahan serangan balik dari pasukan Belgia, baik dari
dalam maupun luar benteng dan menunggu pasukan pengganti dari 51. Pionier
Bataillon yang terhambat dan kemungkinan akan tiba pagi esok harinya pada
tanggal 11 Mei.Letnan Witzig setelah menerima laporan situasi dari Serma
Wenzel, memerintahkan agar dikibarkan bendera Jerman sebagai tanda bahwa Eben Emael
telah dikuasai.
9) Pasukan Belgia di
dalam benteng tidak dapat berbuat banyak, karena mereka tidak dapat naik ke
atap benteng, ditahan dengan tembakan gencar dari MG34, dilempari granat
”potato masher” dan disembur flame-thrower nya Sturmgruppe Granit. Dari dalam
benteng, pasukan Belgia juga tidak bisa keluar, karena ditembaki dari atas.
Pasukan dari luar benteng beberapa kali melakukan serangan balik, namun disapu
dengan MG34 dari atas benteng, kejadian ini berlangsung sampai dini hari
tanggal 11 Mei.
10) Malam hari Trupp
2 yang melakukan pendaratan darurat di Duren sampai di Eben Emael, mereka naik
truk, lantas bergerak jalan kaki menghindari rintangan-rintangan benteng dan
naik ke atas benteng, memberikan bukti bahwa pertahanan dan koordinasi serangan
pasukan Belgia dari luar benteng sudah mengendor dan tidak terkoordinasi.
11) Pasukan Belgia
menembakkan mortir dan light howitzer dari luar benteng, konon sekitar 2.300
peluru high-explosive dimuntahkan, namun hasilnya nihil karena Sturmgruppe
Granit sudah berada pada posisi well-fortified.
12) Pagi hari pada
pukul 07.00 tanggal 11 Mei 1940, 51. Pionier Bataillon dengan menggunakan
perahu karet mulai menyebrangi Albert Canal, lantas bergabung bersama-sama
Sturmgruppe Granit untuk melakukan pengamanan di dalam dan di luar benteng.
13) Pukul 12.00,
Major Jottrand, komandan garnisun Belgia memberi tanda ketukan morse pada pintu
besi di tingkat 1 sampai tiga kali, menyatakan bahwa mereka siap menyerah.
14) Major Jottrand
keluar ke atas benteng ditemani ajudannya dengan bendera putih, ditemui Letnan
Witzig, saling memberi hormat militer, dan Major Jottrand menyerahkan benteng
Eben Emael.
15) Korban
Sturmgruppe Granit, 6 tewas dan 18 terluka, sekitar 1.200 serdadu Belgia
menyerahkan diri dengan korban tewas dan terluka sekitar 400, dimana mayoritas
korban berasal dari luar benteng.
16) Semua perwira
dari Strurmabteilung Koch menerima Ritterkreuz (Knight Cross) begitu pula Serma
Wenzel dan semua serdadu Fallschirmjäger menerima Iron Cross kelas 1.
Keberhasilan Blitzkrieg
dan serangan komando Sturmabteilung Koch, terutama Sturmgruppe Granit di
benteng Eben Emael, membuka mata militer dunia dan merubah total konsep perang
pada masa itu yang masih mengandalkan numerical superiority, manuver massal,
serangan dengan human wave, konsep fortification dan static defense.
Hal-hal yang menarik
diketahui selama dan setelah operasi Benteng Eben Emael:
- Oberjäger Ernst
Grechza dari Trupp 5 merupakan satu-satunya serdadu dari Strurmabteilung Koch
yang hanya menerima Iron Cross kelas 2. Sebelum berangkat pada 10 Mei pagi
hari, kantin minumnya diisi dengan Rum dan bermaksud untuk diberikan kepada
rekannya yang terluka nanti di Eben Emael. Tapi dia tidak sanggup menahan
godaannya untuk minum rum sendirian dan kebanyakan sampai mabuk. Kedapatan
sedang duduk merosot di dekat kubah kanon 120mm, dimana kubah tersebut sedang
berputar dan masih berfungsi, lantas ditarik Serma Wenzel menjauh dari kubah.
- Pasukan Belgia yang
tertawan dipindahkan dari Eben Emael ke Dortmund, mereka disembunyikan dan
diisolasi sementara dari tawanan perang lainnya. Karena mereka sebagai saksi
atas dua senjata rahasia dan baru yang digunakan Jerman yaitu Glider dan
hollow-charge. Hitler memerintahkan semua keberhasilan dari hollow-charge di
Eben Emael di tutup semen, untuk menyembunyikan bukti dari senjata baru
rahasianya. Ini dilakukan sebelum tamu-tamu dari negara lain dipersilahkan
mengunjungi Eben Emael dua bulan kemudian.
- Satu serdadu
tawanan Belgia di kemudian hari secara sukarela mendaftar, lulus seleksi dan
diterima menjadi serdadu dari Waffen-SS divisi ke 27 Langemarck dan tewas di
front timur.
Sturmgruppe Granit adalah pasukan penyerbu yang menduduki Eben-Emael tanggal 10
Mei 1940 dan dipimpin oleh Oberleutnant Rudolf Witzig. Unit ini terdiri dari 86
orang yang dibawa dengan menggunakan 11 buah glider:
Trupp 1 - sasaran 18 (casemate Maastricht 2)
Lt Egon Delica
Fw Hans Nidermeier
Fw Gerhard Raschke (pilot)
Richard Drucks
Peter Gräf
Willi Krämer
Heinrich List
Wilhelm Stucke (pangkat terakhir Obergefreiter, 23 September 1917 - 20 Mei
1941)
Trupp 2 - sasaran 23 (cupola 120)
Ojäg Max Maier (KIA)
Uffz Fritz Bredenbeck (pilot)
Paul Bader (WIA)
Hans Comdür
Fritz Gehlich
Gerhard Iskra
Walter Meier (WIA)
Wilhelm Ölmann
Trupp 3 - sasaran 12 (casemate Maastricht 1)
Ojäg Peter Arendt
Uffz Alfred Supper (pilot)
Erwin Franz
Paul Kupsch
Gustav Merz (WIA)
Josef Müller
Helmut Stopp
Trupp 4 - sasaran 19 (MiNord)
Ofw Helmut Wenzel (WIA)
Uffz Otto Bräutigam (piloto)
Kurt Engelmann
Fritz Florian
Fritz Köhler
Karl Polzin
Edmund ‘Eddi’ Schmidt
Paul Windemuth (WIA)
Trupp 5 - sasaran 29 (MICA)
Fw Erwin Haug
Uffz Heiner Lange (pilot) (WIA)
Gerhard Becker
Helmuth Bögle (KIA)
Ernst Grechza
Egon Hartmann (WIA)
Franz Jannowski (WIA)
Rudolf Stützinger
Trupp 6 - sasaran 14 (cupola palsu)
Ojäg Siegfried Harlos
Uffz Erwin Ziller (pilot)
Richard Bläser
Werner Grams
Hans Grigowski
Walter Kippnick
Franz Lukascheck
Peter Zirwes
Trupp 7 - sasaran 16 (cupola palsu)
Ojäg Fritz Heinemann
Uffz Heinz Scheidhauer (pilot) (WIA)
Wilhelm Alefs
Wilhelm Höpfner (WIA)
Robert Michalke (WIA)
Harm Mülder
Aloys Paßmann (WIA)
Wolfgang Schulz
Trupp 8 - sasaran 31 (cupola Nord)
Ojäg Otto Unger (KIA)
Uffz Hans Distelmeier (pilot)
Johannes Else (WIA)
Ernst Hierländer
Bruno Hooge (WIA)
Kajetan Mayr (o Meyer?) (WIA)
Herbert Plietz
Heinz Weinert
Trupp 9 - sasaran 13 (MiSud)
Ojäg Ewald Neuhaus
Uffz Günter Schulz (pilot)
Hans Braun
Rolf Jacob (WIA)
Johann Körner
Ernst Schlosser (WIA)
Anton Seltmann
Anton Toni Wingers
Trupp 10 / Trupp Cadangan
Ojäg Willie Hübel (KIA)
Uffz Erwin Kraft (pilot)
Budi Bansimir
Leopold Gilg
Werner Gutahn
Hubert Hansing
Kurt Jürgensen (KIA)
Paul Kautz
Trupp 11 / Trupp Cadangan
Olt Rudolf Witzig
Ojäg Fritz Schwarz
Uffz Karl Pilz (pilot)
Otto Braun (WIA)
Uwe Johnsen
Hans-Peter Krenz
Fritz Kruck (KIA)
5
Kekalahan NAZI
Pertempuran
Moskow (1941-1942), Kekalahan Besar Pertama Nazi Jerman Dalam Perang Dunia II!
Generaloberst Heinz
Wilhelm Guderian bersama pasukannya dalam Operasi Barbarossa, ketika musim
dingin masih belum tiba dan gerak maju pasukan Hitler masih laju, 20 Agustus
1941
Panzer-Panzer Jerman
bergerak maju dalam perjalanan mereka menuju Moskow, 25 November 1941
Para tentara Jerman
yang kedinginan berusaha menghangatkan tubuh mereka dalam musim dingin Rusia
yang kejam
Setelah terjebak di
medan lumpur pada musim gugur, kini panzer-panzer Jerman terjebak kembali,
hanya saja kini di medan salju!
Fase pertama
Pertempuran Moskow : Ofensif Jerman
Fase kedua
Pertempuran Moskow : serangan balik Rusia
Pertempuran
Moskow merujuk kepada upaya pertahanan ibukota Soviet, Moskwa dan serangan
balik terhadap pasukan Jerman yang berlangsung antara Oktober 1941 dan Januari
1942 di Front Timur pada Perang Dunia II.
Pada
tanggal 22 Juni 1941, Jerman dan sekutu-sekutunya menyerang Uni Soviet secara
mendadak. Setelah berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan udara Uni
Soviet pada saat masih berada di daratan, pasukan Jerman berhasil masuk jauh
kedalam wilayah soviet dengan menggunakan taktik perang kilat atau Blitzkrieg.
Divisi lapis baja dengan memakai gerakan menjepit berhasil memerangkap dan
menghancurkan hampir keseluruhan tentara Soviet yang tersisa. Pasukan Jerman
sendiri terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi Utara yang bertugas untuk
menguasai Leningrad, Divisi Tengah yang bertugas merebut Moskow, dan divisi
Selatan yang bertugas merebut wilayah.
Pertahanan
tentara Soviet sudah berada diujung tanduk, korban yang jatuh begitu banyak.
Tinggal menunggu waktu saja kejatuhan dari Moskow. Pada awal Agustus 1942,
Jerman berhasil merebut Smolensk, sebuah kota strategis pada arah menuju
Moskow. Namun, pertempuran di Smolensk sendiri telah mengakibatkan Jerman harus
menunda serangan ke Moskow sampai akhir September 1941. Keterlambatan ini
sedikit banyak mengganggu strategi perang Blitzkrieg yang mengutamakan kecepata
gerak, dan keterlambatan ini juga yang memberikan waktu cukup banyak bagi
Tentara Soviet untuk mengonsolidasikan diri. Setelah melakukan persiapan, pada
tanggal 2 Oktober 1941, Divisi Tengah dibawah Marshall Fedor Von Bock menyerang
Moskow dengan kode Operasi Topan.
Tentara
Soviet di Front Barat, Front cadangan, Front Bryansk, dan front Kalinin,
mempertahankan wilayah Moskow, mengalami banyak korban namun tetap bertempur
mati-matian. Pada 10 Oktober 1941. Marshall Georgi Zhukov mengambil alih
pimpinan front Barat dan Pertahanan Moskow.
Kota
Moskwa sekarang telah menjadi sasaran bagi serangan udara. Penduduk telah
diperintahkan untuk membangun barikade di jalanan, bahkan pertahanan dibangun
sampai ke wilayah Kremlin sebagai pusat pemerintahan. Pejabat-pejabat
Pemerintahan Soviet, kecuali Stalin,telah pindah ke kota Kuybyshev (Samara,
nama saat ini). Tujuan Stalin untuk tetap tinggal di Moskwa adalah untuk
memberi contoh dan meningkatkan moral pasukan serta penduduk. Untuk menunjukan
keinginan kuat dari tentara Soviet, Stalin pernah memerintahkan tentara Soviet
pada perayaan revolusi 7 November untuk melakukan parade di Lapangan Merah,
dimana pasukan yang melakukan parade berbaris langsung ke garis depan.
Dilain
pihak, Gerak maju Jerman telah mengalami penurunan. Pasukan Jerman sempat
lumpuh sebagian akibat hujan turun, mengakibatkan jalan-jalan yang dilalui
menjadi kubangan lumpur. Pada November 1941, Musim dingin di Rusia di mulai,
masalah jalanan memang dapat teratasi karena jalanan kembali mengeras. Namun
dilain pihak, pada saat musim dingin tersebut, tentara Jerman tidak dilengkapi
dengan pakaian musim dingin, sebagai akibat prediksi Hitler yang menganggap Uni
Soviet dapat jatuh di musim panas atau dalam waktu 2 bulan dari saat invasi
awal dilakukan. Tidak hanya pakaian musim dingin yang kurang, peralatan Jerman
seperti tank, persenjataan, dan kendaran-kendaraaan lainnya juga mogok akibat
cuaca dingin dibawah 0° Celcius. Bahkan musim dingin yang terjadi pada saat
itu, dianggap oleh orang Rusia sendiri sebagai yang paling dingin dari yang
pernah terjadi sebelumnya.
Pembangunan
Pertahanan Soviet di depan kota Moskwa sendiri dilakukan secara tergesa-gesa.
Pemimpin Soviet mengirim ribuan sukarelawan dan rekrutmen ke medan perang,
bahkan termasuk diantaranya batalyon wanita langsung menuju senapan mesin. Di
front Moskow-lah istilah Panfilovec menjadi istilah terkenal, mengambil nama
I.V. Panfilov, komandan divisi senapan ke-316, yang tewas mengorbankan dirinya
dalam pertempuran melawan tank Jerman. Hanya sedikit tentara Soviet yang
selamat dalam pertempuran itu, dengan meninggalkan korban tentara Jerman yang
tidak sedikit.
Pada
27 November 1942, Tentara Jerman pernah sempat mencapai posisi paling timur
dari invansi mereka ke Uni Soviet. Sebuah kelompok patroli tentara Jerman
berhasil menguasai sebuah stasiun kereta api berjarak 27 kilometer diluar kota
Moskwa, sebelum berhasil diusir oleh pasukan pertahanan Soviet.
Pada
5 Desember 1941, setelah melihat gerak lambat pasukan Jerman dan mulai
melemahnya semangat tempur mereka. Marshall Zhukov kemudian melancarkan
serangan balik terbesar terhadap Tentara Jerman. Serangan balik dilakukan
disemua sektor garis depan Moskow pada tanggal 6 Desember 1941. Sepanjang musim
gugur, Zhukov secara diam-diam memindahkan tentara soviet dari Siberia yang
masih segar dan bersenjata lengkap untuk mempertahankan Moskow. Namun,
keberadaan pasukan ini sengaja ditahan, sampai tiba saatnya dilepas untuk
melakukan serangan pada tanggal yang telah ditentukan. Zhukov mengandalkan
informasi dari Richard Sorge, mata-mata Rusia, yang mengatakan bahwa Jepang
tidak akan menyerang Uni Soviet. Informasi ini dipercaya, karena sebelumnya
Sorge pernah memberikan informasi tepat mengenai invasi Jerman ke Uni Soviet
(Operasi Barbarossa).
Disaat
tentara Jerman telah terlalu dekat dengan pusat Kota Moskow, Zhukov langsung
memerintahkan divisi Siberia tersebut untuk menghadapi Jerman, divisi tersebut
yang dilengkapi dengan Tank T-34 dan peluncur roket Katyusha baru serta telah
siap dengan musim dingin berhasil memukul mundur pasukan Jerman yang telah
kehabisan tenaga, lelah dan mengalami demoralisasi sebagai akibat musim dingin
dan terlalu lama di medan perang. Pasukan Jerman dalam serangan tersebut
berhasil dipukul mundur hinggaa 100 sampai 250 kilometer dari kota Moskow pada
tanggal 7 Januari 1942. Pada bulan April 1942 Uni Soviet kembali
mengonsolidasikan diri setelah berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Setelah
serangan balik itu, tentara Jerman tidak dapat lagi melakukan serangan dan
malah harus terus mundur. Mundurnya pasukan Jerman ini tidak lagi akan
mengancam kota Moskow. Kemenangan dalam pertempuran ini meningkatkan semangat
tentara dan rakyat Soviet, sedangkan bagi Jerman, kekalahan tersebut pada
akhirnya membuktikan bahwa tidak selamanya tentara Jerman tak terkalahkan dan
kekalahan mereka dalam pertempuran ini menunjukan kegagalan dari taktik perang
Blitzkrieg.
Setelah
pertempuran itu, Jerman mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam pertempuran
panjang dan berdarah dalam menghadapi Soviet, namun kali ini, Soviet yang
mengambil inisiatif pertempuran. Menurut sumber terpercaya sources, sekitar
700.000 tentara merah terbunuh, luka atau hilang dalam fase pertahanan dan
serangan balik dan sekitar 250.000 tentara poros terbunuh, hilang atau
luka-luka sepanjang pertempuran berlangsung. Untuk mengenang kepahlawanan ini,
Kota Moskow dianugerahi penghargaan Kota Pahlawan pada tahun 1965, khusus untuk
memperingati 20 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945.