Selasa, 10 November 2015

selamat hari pahlawan


 
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!”- (Bung Tomo)

Siapa tak kenal Sutomo? Pria yang hampir selalu digambarkan dengan sosok penuh semangat, jari menunjuk ke atas dan tatapan mata tajam di buku-buku pelajaran itu adalah seorang tokoh penting dalam pertempuran besar di Surabaya. Sosok penyebar semangat arek-arek Surabaya yang namanya didengung-dengungkan terutama menjelang Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November itu dikenal sebagai Singa Podium yang pidatonya bukan hanya menghipnotis tapi juga mampu membakar jiwa-jiwa muda yang sedang berjuang melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia pada masa itu.

Lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920, Sutomo atau lebih dikenal sebagai Bung Tomo adalah sosok yang aktif berorganisasi sejak remaja. Tumbuh di masa-masa sulit, masa penjajahan, Bung Tomo menjelma menjadi seorang pemuda yang tangguh. Tertarik dengan dunia jurnalisme, pada masa mudanya Bung Tomo tercatat sebagai wartawan freelance pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya 1937. Pada tahun 1939 Bung Tomo menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa diEkspres, Surabaya. Terakhir beliau tercatat sebagai Pemimpin Redaksi Kantor Berita Indonesia Antara di Surabaya 1945.

Jiwa kepahlawanan Bung Tomo tidak perlu diragukan lagi. Sejarah mencatat seorang Bung Tomo sebagai sosok yang cinta tanah air, tak gentar melawan penjajah dan terus mengobarkan semangat para pejuang pada masanya. Sosok yang namanya telah melekat erat pada rakyat Indonesia umumnya serta warga Surabaya, arek-arek Surabaya khususnya, sebagai seorang pahlawan ini ternyata baru mendapat gelar pahlawan setelah dua puluh tujuh tahun wafat.

Sosok yang sejak kita sekolah, diajarkan di pelajaran sejarah, kita anggap sebagai pahlawan karena perjuangannya mulai dari melawan penjajah sampai mempertahankan kedaulatan republik ini yang sempat hendak diusik lagi oleh Belanda ternyata dulunya tidak diakui sebagai pahlawan oleh pemerintah kita. Bung Tomo, pahlawan pengobar semangat juang arek-arek Surabaya ini baru mendapat gelar pahlawan secara resmi dari pemerintah pada tahun 2008, yang disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 041/TK/TH 2008.

Sesuatu yang menimbulkan tanda tanya besar, meski kemudian jika kita menilik kembali sepak terjang beliau pada masanya hal ini tidak lagi mengejutkan. Bung Tomo bukan hanya seorang pejuang yang kritis terhadap penjajah, beliau adalah sosok yang juga kritis terhadap pemerintah. Pada jaman orde baru, pemerintahan Soeharto, Bung Tomo bahkan sempat dipenjara. Kritik-krtitiknya terhadap pemerintah waktu itu membuat gerah penguasa. Pemikiran-pemikirannya yang kritis bisa dibaca di bukunya, Menembus Kabut Gelap: Bung Tomo Menggugat.

Menurut KBBI, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Kalau menilik pendefinisian di atas kiranya tak salah kalau selama ini kita menganggap Bung Tomo sebagai pahlawan meskipun, sekali lagi, ternyata pemerintah kita baru mengakui belum lama ini. Akan tetapi terlepas dari pengakuan pemerintah, ataupun pendefinisian, jasa Bung Tomo patut kita hargai. Bukan itu saja, di masa di mana kita sudah dinyatakan, diakui merdeka tapi ternyata masih “terjajah” ini, jiwa kepahlawanan seperti Bung Tomo sangat dibutuhkan. Bangsa kita butuh pahlawan-pahlawan untuk membawa bangsa ini menuju terwujudnya cita-cita bersama, cita-cita yang tertuang dalam butir-butir Pancasila terutama sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Cita-cita yang sepertinya masih sekadar pengakuan, tertulis, resmi, tapi belum benar-benar diamalkan.
Saya yakin Bung Tomo tidak butuh gelar pahlawan. Seorang pahlawan sejati tidak butuh pengakuan, dari siapapun. Bahkan, seorang pahlawan tidak akan merasa dirinya pahlawan karena dia berjuang dengan niat yang ikhlas demi terwujudnya cita-cita bersama, bukan untuk sebuah pengakuan atau sebutan pahlawan. Saya juga percaya ada jiwa pahlawan pada setiap diri manusia. Diakui atau tidak, dihargai atau tidak perjuangan kita, mengutip kata-kata Soe Hok Gie dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran, “Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi.”

***
SELAMAT HARI PAHLAWAN

Arkeolog Temukan Kapal Selam Nazi Jerman di Laut Jawa

Arkeolog Temukan Kapal Selam Nazi Jerman di Laut Jawa



 

“Di kapal selam itu kami menemukan piring bercap Nazi!” ujar Shinatria Adhityatama, seorang arkeolog muda dan penyelam dari Pusat Arkeologi Nasional. “Masih ada temuan tengkorak [rangka manusia] dan sisa torpedo.”

Dia dan timnya belum menemukan simbol atau kode angka lain yang menunjukkan bahwa reruntuhan kapal selam itu bagian armada kapal selam yang paling disegani saat Perang Dunia Kedua. Namun, temuan peralatan makan bersimbol swastika Nazi Jerman telah menguatkan dugaan Adhityatama bahwa rongsokan besi tua di dasar laut Jawa itu adalah Unterseeboot atau U-Boat.

Ada dua piring dengan simbol Nazi Jerman warna hitam yang berhasil diangkat ke permukaan oleh tim arkeolog. Satu piring besar berdiameter 34 sentimeter, dan lainnya sebuah piring kecil dengan diameter 24 sentimeter.

“Kemungkinan itu adalah U-Boat tipe IXC/40 buatan 1942 yang tenggelam pada 1944,” ungkap Adhityatama. Dia mendapatkan informasi bahwa ada dua U-Boat yang hilang kontak dengan Berlin yang saat itu posisinya di sekitar Laut Jawa.

Tim Pusat Arkeologi Nasional bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta dan komunitas Sentra Selam Jogja melakukan eksplorasi pencarian kapal selam U-Boot yang tenggelam di Laut Jawa. Penjelajahan di kawasan laut—yang banyak menyimpan misteri tenggelamnya kapal-kapal dagang hingga kapal militer itu—dilakukan pada 4-17 November 2013.

Pada 9 November lalu, tim melakukan observasi ke dasar laut. Mereka mendapat informasi warga nelayan setempat tentang “sesuatu yang berbentuk seperti tabung” di dasar laut sekitar 68 mil dari Karimun Jawa. Tim beruntung karena mendapatkan jarak pandang yang cukup untuk mengobservasi lokasi bangkai kapal selam itu.

Hari berikutnya Adhityatama dan tim menyelisik keberadaan kapal selam Nazi Jerman yang malang itu. Bagian buritan kapalnya telah hilang. Arkeolog tengah memastikan apakah buritan kapal selam itu hancur atau patah dan bersemayam di tempat lain. “Kapal selam ini diperkirakan panjangnya 76 meter, tetapi tersisa 47 meter,” ujar Adhityatama. “Kondisinya 60 persen—masih baik.”

“Selama ini kita hanya mendengar isu saja tentang armada Jerman yang datang ke Indonesia,” ungkap Adhityatama. Temuan ini, menurutnya, menunjukkan bahwa U-Boat tak hanya di Atlantik atau Pasifik, tetapi juga di Indonesia.

Tim arkeolog tengah mengkaji mengapa banyak kapal selam Nazi Jerman bergentayangan di lautan Nusantara. Apakah mereka berdagang menggunakan kapal selam lantaran lebih aman, atau ditugaskan oleh Berlin untuk membantu Jepang atas kerjasama poros Jerman-Jepang-Italia, atau mencari suaka politik? Atau, apakah mereka ada hubungannya dengan sepuluh makam serdadu Nazi Jerman yang bersemayam di Cikopo? Semuanya masih misteri.

“Lokasi persisnya masih kami rahasiakan,” ujar Adhityatama. “Kami ingin mengamankan temuan terlebih dahulu.” Timnya khawatir terjadi penyusupan dan penjarahan apabila titik temuan itu diketahui publik, sedangkan di lokasi temuan belum ada kesiapan pengamanan.

Untuk menjaga benda—yang diduga—cagar budaya tersebut dari penjarahan dan perusakan, tim arkeolog akan melakukan pengamanan yang berbasis kepada warga. “Saat kami datang masih banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak yang [dikhawatirkan] dapat merusak kapal selam tadi.”

“Kami akan mengadakan pendekatan ke masyarakat,” ungkapnya. Warga sekitar perlu mendapat pengertian tentang nilai sejarah sehingga diharapkan dapat turut menjaga kelestariannya. “Disamping itu perlu adanya bantuan pengamanan dari Angkatan Laut atau Dinas Kelautan dan Perikanan.”

Identitas Bangkai Kapal Selam Jerman yang Tenggelam Di Karimun Jawa


Apa yang dilakukan kapal selam Jerman di perairan Jawa? Buku sejarah Indonesia tidak pernah mengungkit soal keterlibatan armada kapal selam Nazi Jerman tersebut. Kalau begitu, apa misi mereka di Nusantara dan bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia?

Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka dalam diskusi kesimpulan awal penelitian Pusat Arkeologi Nasional di perairan Karimun Jawa. Tim peneliti menemukan bangkai kapal selam Jerman U-Boat yang relatif cukup utuh. Temuan, selain bangkai kapal selam itu, adalah rangka yang diduga para awak kapal dan sejumlah peralatan.

Ketua Tim Peneliti, Bambang Budi Utomo, mengatakan dugaan awal mengarah pada dua kapal selam U-Boat Jerman bernomor kapal U-168 dan U-183. Dari data literatur milik Pemerintah Jerman, memang diketahui kedua kapal itu tenggelam di perairan Indonesia, namun pada tahun berbeda belum diketahui pasti.

Data yang diakses dari UBoat Archive dan UBoat misalnya menegaskan kapal selam U-168 tenggelam pada 1944, sementara kapal U-183 tenggelam pada 1945. "Kapal U-168, kami menduga ini yang kami temukan, tenggelam pada 6 Oktober 1944," kata Bambang, Senin (18/11). Kapal itu dihajar torpedo kapal sekutu yang juga berlayar di perairan Laut Jawa.

Dari data misi kapal UBoat, sambung Bambang, memang tercantum armada kapal selam Jerman sempat mondar-mandir di perairan Laut Jawa, Laut Australia, dan Samudera Hindia. Ini ada hubungannya dengan persekutuan Jepang-Jerman dalam menghadapi sekutu.

Jerman menyiagakan armada kapal selamnya di Asia Tenggara untuk memotong pasokan logistik dari Eropa ke Australia. "Tapi apa sejauh itu? Kita juga mendapat data bahwa Jerman ternyata punya 'pangkalan' di Pulau Penang Malaysia, di Jakarta, bahkan di Surabaya," kata Bambang.

Temuan mengejutkan datang dari bawah laut Indonesia. Di Laut Jawa, di sekitar Kepulauan Karimun Jawa, para arkeolog berhasil menemukan bangkai kapal selam milik Nazi Jerman. Tidak hanya itu, peneliti bahkan menemukan rangka manusia di dalam kapalnya!

"Dari data sampel artefak yang kita kumpulkan, diduga kuat kapal selam itu milik Jerman dari armada U-Boat (Unterseeboot)," kata Ketua Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo, Senin (18/11).

Penelitian arkeologi bawah laut ini dilakukan awal November kemarin selama sepuluh hari. Dari penelitian awal, kata Bambang, tim berhasil mengangkat sejumlah artefak seperti piring makan, cawan, teropong, kancing, sol sepatu, cangkir, peralatan selam, kaca mata, dan aki. "Kami juga menemukan tengkorak dan kerangka," kata Bambang.

Namun, tim memutuskan untuk belum mengambil kerangka dan tengkorak tersebut. Salah satu masalahnya adalah kepercayaan warga lokal mengenai kerangka di bangkai kapal. Bambang mengatakan, warga setempat percaya kalau tulang belulang itu diambil dari 'kuburannya' maka akan terjadi sesuatu.

Arkeolog lainnya yang ikut dalam penelitian itu, Prayitno Hadi, mengatakan dari laporan penyelam diketahui tengkorak dan tulang belulang itu ada di dalam satu ruangan. Tengkorak dan tulang-tulang itu sudah terbungkus lumpur. Namun dalam posisi 'intact' yang relatif sedikit gangguan alam. Secara kasar diduga ada 14 individu di dalam ruang tersebut.

Bambang mengatakan, temuan kapal selam Jerman ini cukup membanggakan bagi arkeologi Indonesia. Sebab, dilakukan tim arkeolog Indonesia, tanpa bantuan asing. "Kita terbukti mampu mengadakan pengangkatan dengan biaya yang cukup besar tapi teknologi sederhana," tuturnya.

Saat ini seluruh temuan sampel sudah diteliti lebih lanjut di laboratorium Pusat Arkeologi Nasional di Pejaten, Jakarta Selatan. Meski sudah menemukan kapal selam Jerman, Bambang dan Prayitno sepakat masih banyak pertanyaan yang belum terjawab soal sejarah kapal tersebut.



Keterangan Foto : Temuan Tengkorak di dalam Ruang Kru di Bangkai Kapal Selam U-Boat Jerman. Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional berhasil menemukan bangkai kapal selam U-Boat milik Nazi Jerman.




U-Boat Nazi di Laut Jawa dikomandani kapten kelahiran Padang




Tim penyelam dari Pusat Purbakala Nasional menemukan bangkai kapal selam U-boat Nazi Jerman di perairan utara Karimun Jawa, U-Boat U-168. Mereka menduga masih ada satu kapal selam U-boat Nazi Jerman lagi di lokasi tersebut, U-Boat U-183.

Jika benar U-Boat U-183 bersemayam di laut tersebut, maka akan menjadi cerita tersendiri bagi Kapten Fritz Schneewind, komandan di kapal selam itu. Fritz Schneewind merupakan bangsa Jerman kelahiran Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 10 Apr 1917 dan tewas pada usia 28 tahun di negara kelahirannya, tepatnya di Laut Jawa.

Tak jelas ceritanya bagaimana orangtua Fritz Schneewind bisa sampai di Padang. Tapi memang cukup banyak warga Jerman di Indonesia sebelum perang dunia II.

Fritz Schneewind muda kemudian bergabung Kriegsmarine atau Angkatan Laut Jerman pada tahun 1936. Dia adalah seorang calon prajurit di Akademi Angkatan Laut di Flensburg dari Oktober 1939 sampai Agustus 1940. Selama waktu ini dia juga bertugas di kapal berlayar Leo Schlageter dari Maret sampai Juni 1940. Dari Agustus to Oktober 1940, Schneewind bertugas di logistik Kriegsmarine di Boulogne.

Karier makin moncer, hingga dia naik pangkat Kapten dan pada 20 November 1943. Kemudian Schneewind mengambil komando U-183 di Singapura. Kapal itu beroperasi di Samudera Hindia sebagai bagian dari kelompok Monsun. Schneewind berhasil menyelesaikan 4 patroli dengan perahu. Selama patroli ini dia tenggelam atau hancur 3 kapal selama hampir 18.000 ton.

Pada patroli ke lima, U-183 yang dikomandani Schneewind karam ditorpedo kapal selam Amerika USS Besugo di Laut Jawa dan tenggelam hanya menyisakan 1 selamat dari awak 55 orang, 23 April 1945 pukul 13.00 WIB. 55 Awak yang tewas itu, termasuk Kapten Schneewind.

Selama kariernya, Schneewind sudah menenggelamkan lima kapal yang memiliki total berat 30,052 ton dan satu kapal seberat 6,993 ton.

Seputar NAZI

History of Nazi (Sejarah Nazi)


1.Adolf Hitler 
 Jika kita berbicara tentang NAZI pasti tidak lepas dari satu orang yang paling berpengaruh di dunia ini,yaitu "Adolf Hitler".
Adolf Hitler dilahirkan di Braunau am Inn, Austria, dekat Jerman pada 20 April 1889. Ayah Adolf Hitler, Alois Hitler, merupakan seorang pegawai kantor beacukai . Setelah ayahnya pensiun, keluarga Hitler pindah ke kota Lambach.Ibunya merupakan keturunan yahudi. Di Kota tersebut terdapat sebuah biara Katolik yang dihiasi ukiran kayu dan batu yang diantaranya terdapat beberapa ukiran swastika, yang kemudian menjadi tempat Adolf muda belajar. Adolf Hitler dapat menyesuaikan dengan baik di sekolah biara tersebut, bahkan konon ia memiliki suara yang lumayan bagus. Sebagai Adolf muda, ia juga memiliki idola, yaitu biarawan yang melayani di sekolah biaranya, bahkan ia pernah serius selama 2 tahun bercita-cita ingin menjadi biarawan. Ketika beranjak dewasa, cita-citanya berubah ingin menjadi seorang seniman. bahkan ia mencoba untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi seni di Wina, Austria namun gagal, dan bahkan ia pernah menjadi seorang tunawisma di kota ini.
Ketika Perang Dunia I meletus, Hitler turut serta pada usia 25 tahun sebagai pengantar pesan dalam pasukan Infantri Resimen Bavaria ke-16, dan ia merupakan salah satu orang yang paling beruntung di medan pertempuran. Pernah suatu kali resimennya bertemu pasukan Inggris dan Belgia di dekat Ieper (bahasa Perancis: Ypres), resimennya kehilangan 2.500 dari 3.000 orang, tewas, luka-luka atau hilang dan Adolf Hitler lolos tanpa luka sedikitpun dan beberapa kali ia berdiri di satu tempat dan kemudian berpindah ke tempat lain yang beberapa detik kemudian tempat dia sebelumnya berdiri kejatuhan bom. Luka pertamanya didapatnya pada tanggal 7 Oktober 1916 tepat 2 tahun setelah ia terjun kedalam perang, akibat pecahan mortir di perang di Kota Somme. Ketika gencatan senjata ditanda tangani pada tanggal 11 November 1918, Hitler sedang dirawat di rumah sakit akibat terkena serangan gas klorin dari yang mengakibatkan buta sementara. Ketika itu Hitler menjabat sebagai kopralinggris .
Hitler pernah menjadi seorang pegawai penyiasat tentera di Munich dan terlibat dengan penyiasatan tentang aktiviti Parti Pekerja German.Disitu Hitler mula berkecimpung dalam politik secara tidak langsung. Hitler kemudiannya berkecimpung secara langsung dalam politik dan menjadi pengerusi kepada Parti Pekerja German pada bulan Julai 1921. Hitler kemudiannya menukar nama Parti Pekerja German kepada Nationalist Socialist German Workers Party (NSDAP) ataupun parti Nazi. Perlahan-lahan parti Nazi terbentuk dengan logo swastika, membenruk pasukan penguatkuasa yang dikenali sebagai 'storm troopers' dan anti Yahudi. Hitler mengecam secara mutlak Perjanjian Perdamaian Versailles dan mereka yang terlibat dengannya. Pada bulan November 1923, Hitler melancarkan 'putsch' percubaan rampasan kuasa di Munich tetapi gagal. Akibat dari itu, Hitler telah dipenjarakan di penjara Landesburg dan apabila dia keluar, Hitler menjadi lebih arif dalam selok belok politik. Hitler masih mengamalkan taktik kekerasan tetapi pada masa yang sama Hitler menjalin hubungan erat dengan pihak konservatif yang ingin menggunakannya sebagai alat menentang ancaman komunis.
Hitler kemudiannya menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua partai, dan menukar nama parti kepada parti Nazi 'National Socialist German Labour Party'. Hitler membentuk dasar anti yahudi, anti demokrasi dan kepercayaan kepada kuasa mutlak. Hitler menjalankan dasar memberi sedikit keistimewaan kepada mereka yang menyokong, mengancam mereka yang menentang dan propaganda bersifat patriotik kepada orang awam.
Hanya pada tahun 1929 parti Nazi memenangi majoriti dalam pengundian bandar Coburg, dan kemudiannya memenangi pengundian daerah Thuringia. Bagaimanapun semenjak 1928, Nazi memenangi daerah demi daerah secara berterusan. Dalam pengundian parlimen Reichstag 1928, parti Nazi memenangi 809,000 undian. Pada tahun 1930, parti Nazi memenangi 6,401,016 undi untuk perwakilan Nazi, sementara tahun 1932 sebanyak 13,732,779. Walaupun tidak mendapat majoriti, ini merupakan bukti keberkesanan pengaruh Hitler. Selain itu, sokongan kepada Hitler disebabkan banyak perkara lain termasuk kemelesetan ekonomi yang tenat akibat pembayaran pampasan perang, penghinaan oleh Perjanjian Perdamaian Versailles, dan keinginan oleh rakyat Jerman untuk mempunyai seorang pemimpin yang dapat membawa mereka mencapai kembali kegemilangan yang lampau.
Ekonomi Jerman yang musnah akibat inflasi 1929 - 1934 dan kadar pengangguran sehingga 7,000,000 menyebabkan seluruh industri berhadapan dengan kegagalan dan menjadi muflis. Sepanjang 1930 dan sehingga 30 Januari 1933, undian parti Nazi meningkat secara berterusan dan Presiden Paul von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Perdana Menteri 'Chancellor'. Hitler menggunakan kedudukannya sebagai Chancellor untuk menghapuskan penentang-penentangnya. Pada malam yang dikenali sebagai Malam Pisau Panjang "The Night of the Long Knives" Hitler membunuh semua penentangnya dalam parti Nazi. Hitler juga menyalahkan Komunis dan Yahudi atas kelembapan ekonomi dan berjaya meraih sokongan angkatan tentera dengan melaksanakan polisi melengkapkan peralatan senjata Jerman.

Ketika Perang Dunia I meletus, Hitler turut serta pada usia 25 tahun sebagai pengantar pesan dalam pasukan Infantri Resimen Bavaria ke-16, dan ia merupakan salah satu orang yang paling beruntung di medan pertempuran. Pernah suatu kali resimennya bertemu pasukan Inggris dan Belgia di dekat Ieper (bahasa Perancis: Ypres), resimennya kehilangan 2.500 dari 3.000 orang, tewas, luka-luka atau hilang dan Adolf Hitler lolos tanpa luka sedikitpun dan beberapa kali ia berdiri di satu tempat dan kemudian berpindah ke tempat lain yang beberapa detik kemudian tempat dia sebelumnya berdiri kejatuhan bom. Luka pertamanya didapatnya pada tanggal 7 Oktober 1916 tepat 2 tahun setelah ia terjun kedalam perang, akibat pecahan mortir di perang di Kota Somme. Ketika gencatan senjata ditanda tangani pada tanggal 11 November 1918, Hitler sedang dirawat di rumah sakit akibat terkena serangan gas klorin dari inggris yang mengakibatkan buta sementara. Ketika itu Hitler menjabat sebagai kopral.



Hitler kemudiannya menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua parti, dan menukar nama parti kepada parti Nazi 'National Socialist German Labour Party'. Hitler membentuk dasar anti yahudi, anti demokrasi dan kepercayaan kepada kuasa mutlak. Hitler menjalankan dasar memberi sedikit keistimewaan kepada mereka yang menyokong, mengancam mereka yang menentang dan propaganda bersifat patriotik kepada orang awam.

Hanya pada tahun 1929 parti Nazi memenangi majoriti dalam pengundian bandar Coburg, dan kemudiannya memenangi pengundian daerah Thuringia. Bagaimanapun semenjak 1928, Nazi memenangi daerah demi daerah secara berterusan. Dalam pengundian parlimen Reichstag 1928, parti Nazi memenangi 809,000 undian. Pada tahun 1930, parti Nazi memenangi 6,401,016 undi untuk perwakilan Nazi, sementara tahun 1932 sebanyak 13,732,779. Walaupun tidak mendapat majoriti, ini merupakan bukti keberkesanan pengaruh Hitler. Selain itu, sokongan kepada Hitler disebabkan banyak perkara lain termasuk kemelesetan ekonomi yang tenat akibat pembayaran pampasan perang, penghinaan oleh Perjanjian Perdamaian Versailles, dan keinginan oleh rakyat Jerman untuk mempunyai seorang pemimpin yang dapat membawa mereka mencapai kembali kegemilangan yang lampau.

Ekonomi Jerman yang musnah akibat inflasi 1929 - 1934 dan kadar pengangguran sehingga 7,000,000 menyebabkan seluruh industri berhadapan dengan kegagalan dan menjadi muflis. Sepanjang 1930 dan sehingga 30 Januari 1933, undian parti Nazi meningkat secara berterusan dan Presiden Paul von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Perdana Menteri 'Chancellor'. Hitler menggunakan kedudukannya sebagai Chancellor untuk menghapuskan penentang-penentangnya. Pada malam yang dikenali sebagai Malam Pisau Panjang "The Night of the Long Knives" Hitler membunuh semua penentangnya dalam parti Nazi. Hitler juga menyalahkan Komunis dan Yahudi atas kelembapan ekonomi dan berjaya meraih sokongan angkatan tentera dengan melaksanakan polisi melengkapkan peralatan senjata Jerman.




2 Wilayah taklukan Nazi Jerman
  • Austia (Maret 1938)
  • Cekoslovakia
  • Polandia (September 1939)
  • Denmark (April 1940)
  • Norwegia (April 1940)
  • Belanda (Mei 1940)
  • Belgia (Mei 1940)
  • Liksemburg (Mei 1940)
  • Prancis (Juni 1940)
  • Yunani (April 1941)
  • Yugaslovakia (April 1941)
  • Dan beberapa wilayah di Afrika Utara 
     
     
      3 KEKEJAMAN NAZI
    Perang Dunia ke-2 lebih dari sekadar perang, perang ini juga sebuah upaya menyeluruh untuk melakukan pembantaian dan pemusnahan bangsa. Dimulainya perang ini ini didasarkan pada kebijakan “ruang hidup” rasis Hitler.

    Ketika tentara sekutu membebaskan wilayah-wilayah bekas jajahan Nazi, pemusnahan etnis kejam yang dilakukan oleh tentara Nazi di kamp-kamp penampungan pun terungkap. Sebelas juta manusia telah dibunuh dengan dengan cara pemusnahan masal yang mengerikan, dan sedikit dari mereka masih hidup dalam keadaan mengenaskan. Kekejaman semacam ini memperlihatkan besarnya bencana yang diakibatkan oleh rasisme Darwin.
    Hitler menyatakan bahwa wilayah Jerman saat itu tidak cukup lagi bagi bangsa Jerman dan bahwa ras Aria tengah terhimpit di wilayah ini. Dia kemudian berpendapat bahwa mereka harus menduduki negara-negara Eropa Timur dan menjadikan tempat tersebutLebensraum, atau “ruang hidup,” bagi rakyat Jerman. Puluhan juta orang yang sudah menghuni tempat ini menghadapi pembantaian kejam.
    Tentara Nazi melakukan pembantaian besar-besaran di setiap wilayah yang mereka duduki di Eropa Timur. Terutama sekali, mereka melakukan tindakan tanpa kenal ampun terhadap bangsa Yahudi, Gipsi, Polandia, dan Slavia, kelompok yang mereka anggap lebih rendah daripada mereka.
    Satuan SS Nazi khusus yang dibentuk terutama untuk mengadakan pembantaian ini mulai membunuh semua kelompok sasaran mereka, terutama bangsa Yahudi. Semua wilayah yang sudah diduduki dipenuhi jenazah yang tewas dan orang-orang selamat yang meratapi mereka. Para pendeta dan tempat-tempat ibadat merupakan sasaran yang paling disukai oleh Nazi. Mereka membakar dan menghancurkan semua gereja dan membunuh para agamawan.
    Kekejaman Nazi benar-benar tampak di pusat-pusat tawanan mereka. Bangsa Yahudi, Gipsi, tahanan perang, dan pendeta Katolik dipaksa bekerja keras layaknya budak. Barak tawanan ini tak ubahnya rumah pejagalan manusia. Berjuta-juta lelaki, perempuan, dan anak-anak yang tak bersalah dibantai secara kejam dengan cara yang dirancang untuk membunuh manusia secara massal. Saat barak tersebut dibebaskan, Sekutu disambut oleh puluhan ribu mayat yang diletakkan berdampingan dengan tahanan yang menunggu di pintu kematian. Di dalam barak tawanan Nazi, sejumlah 11 juta orang tidak bersalah kehilangan nyawa mereka.
    Pada tahun 1943, makin jelas bahwa Nazi akan kalah perang. Di Stalingrad, bala tentara Hitler menderita kekalahan telak di tangan angkatan bersenjata Soviet. Setelah bencana ini, bangsa Jerman juga kalah dalam perang lainnya di wilayah Kursk, peristiwa yang dikenal sebagai perang tank terbesar dalam sejarah. Kekalahan kini tidak dapat dielakkan. Namun para anggota Nazi, walaupun menarik diri, tetap meneruskan pembantaian. Bertindak atas perintah Hitler, mereka menghancurkan semua wilayah yang mereka lewati dan membunuh rakyat sipil. Pasukan Jerman meninggalkan jutaan mayat dan orang yang selamat yang meratapi saudaranya.
    Saat pasukan Sekutu mencapai Berlin, jatuhnya Nazi tidak dapat lagi dielakkan. Namun, pasukan Tentara Merah yang memasuki Berlin menjadi wakil paham kekerasan yang lain lagi. Dalam tahun-tahun berikutnya, sudah demikian jelas bahwa tentara Stalin tidak kalah kejam dan bengisnya dibandingkan dengan tentara Hitler. Hampir sama saja jumlah orang yang binasa di barak tawanan Stalin. Di wilayah yang mereka duduki, serdadu-serdadu Stalin melakukan pembantaian yang serupa dengan kekejian serdadu Nazi.
    Tindakan gila yang dikenal sebagai Perang Dunia II meminta korban nyawa 55 juta orang. Dunia telah menjadi saksi bagi bentuk lain upacara setan yang menumpahkan darah. Padahal, Allah menyuruh manusia mengikuti jalan damai dan aman, bukan jalan setan



    4 PUNCAK KEJAYAAN NAZI
    Pertempuran Eben-Emael (1940), Puncak Kejayaan Pasukan Fallschirmjäger! 
    Generaloberst Kurt Student (disini pangkatnya masih General der Fallschirmtruppe), panglima Fallschirmjäger yang menjadi otak serangan terhadap Benteng Eben-Emael


    Para komandan Fallschirmjäger yang berjasa dalam penyerbuan Eben-Emael, langsung diganjar oleh Adolf Hitler dengan Ritterkreuz, dan mendapat keistimewaan digambar satu-satu oleh pelukis resmi Wehrmacht, Wolfgang Willrich!


    Peta Benteng Eben-Emael. Orang-orang Belgia begitu bangganya dengan konstruksi benteng ini, sehingga mereka menyebutnya sebagai "tak tertaklukkan". Iya sih bila menyerang secara frontal tak terbayangkan kerugian yang akan dialami Jerman, bisa-bisa Phyrric Victory. Tapi dalam hal ini secara cerdik mereka menggunakan taktik yang sama sekali tak terduga sebelumnya oleh penjaga benteng : dari udara!


    Boardgame yang mengambil setting pertempuran Eben-Emael. Perhatikan bahwa yang memainkannya pun memakai pakaian militer! Pernah nyoba?


    Fallschirmjäger dari grup Koch, berfoto tanggal 12 Mei 1940, tak lama setelah dengan gilang gemilang berhasil menguasai benteng Eben-Emael

    Serangan komando Fallschirmjäger menjadi kurikulum wajib pasukan komando dan akademi militer sedang dipelajari dan dimainkan secara taktis ala tablegame.

    Sturmgruppe Granit di Benteng Eben Emael, 10 Mei 1940 Rencana Jerman untuk Blitzkrieg front Barat (operasi Fall Gelb) di awal Perang Dunia II, untuk menyerang dan menundukkan Perancis dan negara-negara dataran rendah akan dilaksanakan setelah menundukkan Polandia (September 1939) yang sebagai daerah netral untuk berhadapan dengan Russia.

    Pola strategi besarnya hampir sama dengan strategi saat Perang Dunia I yaitu Schlieffen Plan namun telah di revisi atas usulan Generaloberts Erich von Manstein menjadi Sichelschnitt, yaitu:

    - Heeresgruppe B melakukan sapuan dari sayap kanan melewati Belanda, Belgia dan Luksemburg (negara-negara dataran rendah) untuk memancing pasukan utama Perancis dan British Expeditionary Forces membantu Belanda dan Belgia.

    - Heeresgruppe A sebagai serangan utama dan dari tengah akan memotong dan mengurung pasukan Perancis dan British Expeditionary Forces melalui hutan Ardennes, menyebrangi sungai Meuse dan dari kota Sedan menuju daerah pantai di Boulogne, Calais dan Dunkirk di tepian English Channel dan Laut Atlantic.

    - Heeresgruppe C sebagai pancingan agar pasukan-pasukan Perancis tetap mematung di garis pertahanan / benteng-benteng Maginot.

    Jerman, baik di awal maupun selama Perang Dunia II, lebih mengandalkan strategi, organisasi tempur (Battle Order) yang lebih modern, efektif efisien dan penguasaan medan, daripada banyaknya jumlah peralatan dan pasukan.
    Struktur serangan dari operasi Fall Gelb (kasus kuning) di pecah-pecah ke dalam operasi-operasi yang lebih kecil dan independen dengan koordinasi yang tinggi.

    Target-target strategis dan penting (dengan urutan teratas) di Belgia untuk sebagian pelaksanaan operasi Fall Gelb yang harus direbut dan diamankan:
    1) Jembatan Vroenhoven.
    2) Benteng Eben Emael.
    3) Jembatan Veldwezelt.
    4) Jembatan Kanne.
    Dimana selanjutnya jembatan-jembatan tersebut akan digunakan 6. Armee (Angkatan Darat ke 6) untuk penetrasi lebih jauh ke Belgia.

    Alasan mengapa Benteng Eben Emael secara militer dianggap sebagai target kedua terpenting:

    1) Memiliki 6 kanon artileri kaliber 120mm jarak tembak 18 km dan 2 di antaranya dapat berotasi 360 derajat dalam kubah baja kokoh, 16 kanon artileri kaliber 75mm jangkauan tembak 8 km (4 di antaranya dalam kubah baja yang dapat menembak ke segala arah). Kanon artileri tersebut dapat melindungi kota Maastricht di Utara dan kota Vise di Selatan. Selain itu, memiliki 12 kanon anti-tank kaliber 60mm, 24 heavy machine-gun, 6 light machine-gun, 4 kanon penangkis serangan udara kaliber 60mm dan 6 lampu sorot. Artileri tersebut terutama yang berkaliber 120mm, dapat digunakan pasukan Belgia utk menghancurkan ketiga jembatan penting dan menghambat gerak maju pasukan Jerman.

    2) Benteng ini mulai dibangun tahun 1932 dan selesai 1935 dengan biaya sekitar 24 juta Francs kala itu, dibangun karena pengalaman buruk Belgia terhadap Jerman saat Perang Dunia I. Dibangun pada bukit berbatuan Granit dengan ketinggian 50 meter dari permukaan laut dan terlindungi oleh faktor alam serta pertahanan buatan, berada di tepian Albert Canal pada bagian Utara dan sungai Meuse di bagian Timur, jebakan / parit tank selebar 20 meter dengan panjang 1.500 meter serta kawat berduri di bagian Barat dan Selatan, dan hanya memiliki satu pintu masuk.
    Panjang benteng keseluruhan yang membentuk segitiga utara-timur 900 meter dan timur-selatan 700 meter, dengan kedua sisi yang paling lebar 300 meter dan berada di atas tanah seluas 5 hektar. Memiliki 2 lantai di dalam bukit (berada di atasnya Pillboxes, Casemates, Bunkers dengan periskop intip dan Cupolas, berikut variasi atap-atap dengan ketinggian 5 meter).
    Kedua lantai bawah bukit dan atap-atap tersebut dihubungkan dengan tangga, dimana terdapat dua tangga utama, dua lift dan koridor sepanjang 4.5 km di bawah bukit (transportasi perwira dalam benteng memakai sepeda).
    Serupa dengan Perancis dengan Benteng Maginot-nya, Belgia masih menganut pola fortifikasi dan Trench War karena belum memiliki inovasi strategi untuk meredam senapan mesin dan hantaman artileri berat saat pergerakan pasukan yang lebih mobile dan elastic dalam pola-pola serangan maupun pertahanan mereka.Benteng Eben Emael sangat well-situated, well-armed dan well-defended strongpoint, sangat sulit ditembus dan direbut dari segala arah, begitulah keyakinan para petinggi dan prajurit Belgia, rakyat Belgia dan pengamat militer kala itu.

    3) Memiliki sebuah garnisun berkekuatan 1.200 serdadu (sekitar 500 serdadu bertugas melayani kanon-kanon tersebut) di dalam Benteng Eben Emael, yang dapat bertambah dengan infantry support dari barak-barak di luar Benteng yang terlindungi oleh faktor alam dan buatan, hingga mereka dapat bertahan selama beberapa minggu walaupun terkepung, memiliki 6 generator sebagai pembangkit listrik sendiri.

    Bila Jerman melakukan penyerangan atau perebutan target-target strategis tersebut dilakukan dengan frontal assault, sangat besar kemungkinan jembatan-jembatan penting di sungai Meuse dan Albert Canal akan rusak atau hancur seluruhnya karena diledakkan pasukan Belgia guna menghambat laju serangan pasukan Jerman. Terutama Benteng Eben Emael, frontal assault sama saja bunuh diri atau akan mengorbankan ribuan serdadu dan peralatan untuk merebutnya.
    Kanon dengan kaliber tersebut yang dimiliki Eben Emael pada permulaan Perang Dunia II cukup mutakhir, mengingat panzer-panzer Jerman yang berjumlah 2.800 panzer pada permulaan perang, 90% kanonnya berkaliber 50mm dan 37mm, sedangkan howitzer-nya berkaliber 98mm & 105mm.

    Penggodokan serangan ke Belgia dimulai pada bulan November 1939, dilakukan para petinggi militer Jerman dan salah satu penggagasnya Generalmajor Kurt Student.Cara apa yang harus dilakukan dan bagaimana, bila dengan pasukan payung, bagaimana cara agar tetap menjaga unsur kecepatan, dadakan dan komando terarah.

    Akhirnya diputuskan bahwa serangan pembuka ke target-target strategis akan dilakukan oleh Fallschirmjäger tetapi tidak dengan terjun payung, namun dengan pesawat tanpa mesin tanpa suara, yaitu Glider DFS-230, alasannya:

    = Menjaga unsur kecepatan, dadakan dan koordinasi serangan pasukan kecil tersebut.
    = Ketepatan mendarat pasukan payung kurang akurat, melebar dan serdadunya tersebar.
    = Pasukan diterjunkan dengan payung, mendarat dengan senjata dan peralatan yang terpisah, setelah mendarat mereka harus melepas payung terlebih dahulu lantas mencari kontainer peralatan dan regunya.
    = Kontainer peralatan tidak dapat membawa peralatan untuk heavy infantry seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charge, hollow-charge, bangalores, heavy machine-gun MG 34 dan assault-ladder, yang akan sangat berguna untuk merebut dan mempertahankan target-target jembatan, terutama Benteng Eben Emael dalam tempo singkat.

    Hauptmann Walter Koch ditugaskan sebagai operator lapangan dalam serangan ke target-target di Belgia tersebut, dimana dia memilih personelnya dari I Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (I / FJR1) dan Oberleutnant Rudolf Witzig dari II Pionier Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (II / FJR1), pasukan ini disebut dengan Sturmabteilung Koch (Detasemen Serangan Koch).

    Battle Order dari Sturmabteilung Koch yang terbentuk dengan perincian urutan:
    Target = Kode Unit Tempur = Jumlah Gliders = Jumlah Serdadu):

    1) Jembatan Vroenhoven = Sturmgruppe Beton = 11 Gliders = 5 perwira = 129 serdadu (Kapten Koch berada disini).

    2) Benteng Eben Emael = Sturmgruppe Granit = 11 Gliders = 2 perwira = 85 serdadu (Letnan Witzig berada disini).Jumlah Glider sama dengan Beton tapi perwira dan serdadunya lebih sedikit, karena peralatan yang dibawa seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charges, hollow-charges, bangalores, tangga dan heavy machine-gun.

    3) Jembatan Veldwezelt = Sturmgruppe Stahl = 10 Gliders = 1 perwira = 91 serdadu.

    4) Jembatan Kanne = Sturmgruppe Eisen = 10 Gliders = 2 perwira = 88 serdadu.

    Pelatihan secara intensif dan rahasia Sturmgruppe Granit dilakukan di Hidelsheim hampir selama 6 bulan dengan menggunakan bunker-bunker buatan dan pengenalan medan melalui maket-maket untuk penentuan regu yang mengamankan 31 Werks (target) di atas benteng, serta pencarian informasi dari perusahaan dan orang-orang yang pernah mengerjakan proyek pembuatan benteng, agar diperoleh detail benteng tersebut.
    Bukan hanya serdadu, pilot-pilot Glider juga dilatih secara intensif pada sebuah benteng Ceko yang hampir mirip dengan Eben Emael, terutama untuk pengaturan pendaratan atau memendekkan rentang pendaratan yang dibuatkan tambahan gulungan kawat dan berfungsi sebagai tambahan rem pada rel kayu pendaratan.

    Rencana serangan Sturmgruppe Granit pada benteng Eben Emael:
    1) Gliders akan ditarik JU-52 mulai pukul 04.30 pagi hari 10 Mei 1940 dan dari dua lapangan terbang di luar kota Koln: Ostheim dan Butzweilerhof.
    2) Selama perjalanan menuju sasaran, tidak ada penggunaan radio komunikasi, unsur kejutan dadakan dan kesenyapan harus tetap terjaga.
    3) JU-52 akan terbang dengan kecepatan 140 km perjam, dipandu dengan flare path sepanjang 20 km dari bawah, mulai Aachen menjelang perbatasan Jerman-Belgia, serta untuk memandu pelepasan Gliders.
    4) Gliders akan terlepas dari JU-52 saat masih dalam wilayah Jerman, untuk menghindari kecurigaan dari suara mesin JU-52 dan dari ketinggian 2.500 meter dengan jarak tersisa ke benteng Eben Emael sejauh 35 km dengan kecepatan terbang Gliders 124 km perjam. 5) Sebelas Gliders akan mendarat di atas benteng, saat matahari mulai terbit di belakang mereka pukul 05.30, hingga serdadu-serdadu jaga Belgia akan kesilauan dan tidak menyangka akan kedatangan tamu tak diundang yang modern tanpa suara, dari atas dan dari arah terbit matahari.
    6) Sebelas Gliders berisi 11 regu dengan tugas masing-masing regu terarah begitu mereka mendarat dan keluar dengan cepat dari Gliders untuk mengambil posisi serta melumpuhkan seluruh kanon berikut machine-gun support nya.
    7) Tugas-tugas Fallschirmjäger terbagi dalam 31 Werks. Satu Glider berisi sang komandan Sturmgruppe Grani, Letnan Witzig dengan pasukan cadangannya, Trupp 11.
    8) Operasi direncanakan memakan waktu sekitar 4 jam (berikut kemungkinan menahan serangan balik pasukan Belgia dari luar benteng atau dari dalam benteng) dan setelah itu pada pukul 10.00, akan digantikan 51. Pionier Bataillon dari 6. Armee yang akan melewati Jembatan Kanne yang diamankan Sturmgruppe Eisen.
    9) 5 menit setelah pendaratan Gliders (pukul 05.35) Heeresgruppe B (6. Armee ke Belgia) akan memulai serangan ke negara-negara dataran rendah.

    Rencana pertahanan Belgia:
    1) Menunggu, terutama keyakinan mereka yang tinggi akan keampuhan benteng Eben Emael yang tidak dapat / sukar ditembus dari segala arah.
    2) Menghancurkan 3 jembatan penghubung ke daratan utama Belgia begitu tahu ada serangan.
    3) Kanon jarak jauhnya dari Benteng Eben Emael akan mengganggu pergerakan bala tentara Jerman, terutama saat membuat pontoon bridge atau memperbaiki jembatan rusak dan menyebrangi sungai Meuse dan Albert Canal.
    4) Bertahan selama mungkin untuk menunggu bantuan dari bala tentara Perancis dan British Expeditionary Forces.

    Hasil diperoleh saat operasi Sturmgruppe Granit dari masing-masing rencana:
    1) Glider yang mengangkut Letnan Witzig sang komandan dari Sturmgruppe Granit dan Trupp 11 (regu cadangan), tali penariknya mengalami kerusakan, terlepas dan melakukan pendaratan darurat masih di sekitar Koln.
    2) Glider yg mengangkut Trupp 2 juga mengalami gangguan sehingga mendarat di Duren dekat dengan perbatasan Jerman-Belanda.
    3) Berarti hanya 9 Gliders yang mendarat di benteng dengan 55 serdadu dan 9 pilot berfungsi sebagai serdadu begitu mendarat dengan menembakkan light machine-gun M15 dari jendela kokpit untuk covering fire.
    4) Glider pertama yang mendarat di benteng dan mengangkut Trupp 8, mendarat pada pukul 05.24, di bawah hujan tembakan penangkis serangan udara yang terlambat mengetahuinya, lalu diikuti dengan Glider yang mengangkut Trupp 5 dan seterusnya.
    5) Karena Letnan Witzig berhalangan hadir saat operasi, seharusnya komandan pengganti adalah Leutnant Egon Delica, tetapi Glider yang mengangkut Trupp 1 mendarat sekitar 200 meter dari sasaran pendaratan karena remnya terlalu berfungsi dan diberondong heavy machine-gun dari Casemate 18. Oberfeldwebel (Sersan-Mayor) Helmut Wenzel dari Trupp 4 berinisiatif bahwa Letnan Delica tidak dapat mengambil alih posisi Letnan Witzig, maka dia menyalakan radio komunikasi untuk kontak dengan Kapten Koch di Vroenhoven, memberitahu posisi / situasi, kontak pembom tukik Stuka untuk menyerang posisi pasukan pendukung Belgia di luar bentang yang mulai menyusun serangan balik ke pintu masuk benteng, mengatur serangan secara keseluruhan Trupp di atas benteng dan selanjutnya juga meminta tambahan amunisi.
    6) Sekitar 20 menit dari seluruh pendaratan 9 Gliders, target-target utama seperti meriam kaliber 120mm dan kaliber 75mm berikut machine-gun support nya telah dilumpuhkan, kanon-kanon tersebut belum sempat bereaksi untuk menghantam tiga target dari jembatan penting tersebut.
    7) Sturmgruppe Eisen di bawah komando Oberleutnant Schachter yang bertugas merebut Jembatan Kanne mengalami perlawanan sengit, dia sendiri terluka serius, dan pasukan Belgia sempat meledakkan jembatan (perlu perbaikan kurang lebih setengah hari untuk dapat dipakai kembali), berarti serdadu pengganti Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, 51. Pionier Bataillon akan terhambat sekitar 12 jam.Pertempuran di Jembatan Kanne sendiri berlangsung sengit, sampai pasukan induk ikut membantu Sturmgruppe Eisen dan baru selesai pertempurannya pada sore hari.
    8) Letnan Witzig dan Trupp 11 mendarat di benteng dengan Glider lain dari Koln pada pukul 08.30, Serma Wenzel memberikan laporan situasi bahwa semua target utama sudah dilumpuhkan, dan tinggal menahan serangan balik dari pasukan Belgia, baik dari dalam maupun luar benteng dan menunggu pasukan pengganti dari 51. Pionier Bataillon yang terhambat dan kemungkinan akan tiba pagi esok harinya pada tanggal 11 Mei.Letnan Witzig setelah menerima laporan situasi dari Serma Wenzel, memerintahkan agar dikibarkan bendera Jerman sebagai tanda bahwa Eben Emael telah dikuasai.
    9) Pasukan Belgia di dalam benteng tidak dapat berbuat banyak, karena mereka tidak dapat naik ke atap benteng, ditahan dengan tembakan gencar dari MG34, dilempari granat ”potato masher” dan disembur flame-thrower nya Sturmgruppe Granit. Dari dalam benteng, pasukan Belgia juga tidak bisa keluar, karena ditembaki dari atas. Pasukan dari luar benteng beberapa kali melakukan serangan balik, namun disapu dengan MG34 dari atas benteng, kejadian ini berlangsung sampai dini hari tanggal 11 Mei.

    10) Malam hari Trupp 2 yang melakukan pendaratan darurat di Duren sampai di Eben Emael, mereka naik truk, lantas bergerak jalan kaki menghindari rintangan-rintangan benteng dan naik ke atas benteng, memberikan bukti bahwa pertahanan dan koordinasi serangan pasukan Belgia dari luar benteng sudah mengendor dan tidak terkoordinasi.
    11) Pasukan Belgia menembakkan mortir dan light howitzer dari luar benteng, konon sekitar 2.300 peluru high-explosive dimuntahkan, namun hasilnya nihil karena Sturmgruppe Granit sudah berada pada posisi well-fortified.
    12) Pagi hari pada pukul 07.00 tanggal 11 Mei 1940, 51. Pionier Bataillon dengan menggunakan perahu karet mulai menyebrangi Albert Canal, lantas bergabung bersama-sama Sturmgruppe Granit untuk melakukan pengamanan di dalam dan di luar benteng.
    13) Pukul 12.00, Major Jottrand, komandan garnisun Belgia memberi tanda ketukan morse pada pintu besi di tingkat 1 sampai tiga kali, menyatakan bahwa mereka siap menyerah.
    14) Major Jottrand keluar ke atas benteng ditemani ajudannya dengan bendera putih, ditemui Letnan Witzig, saling memberi hormat militer, dan Major Jottrand menyerahkan benteng Eben Emael.
    15) Korban Sturmgruppe Granit, 6 tewas dan 18 terluka, sekitar 1.200 serdadu Belgia menyerahkan diri dengan korban tewas dan terluka sekitar 400, dimana mayoritas korban berasal dari luar benteng.
    16) Semua perwira dari Strurmabteilung Koch menerima Ritterkreuz (Knight Cross) begitu pula Serma Wenzel dan semua serdadu Fallschirmjäger menerima Iron Cross kelas 1.

    Keberhasilan Blitzkrieg dan serangan komando Sturmabteilung Koch, terutama Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, membuka mata militer dunia dan merubah total konsep perang pada masa itu yang masih mengandalkan numerical superiority, manuver massal, serangan dengan human wave, konsep fortification dan static defense.

    Hal-hal yang menarik diketahui selama dan setelah operasi Benteng Eben Emael:
    - Oberjäger Ernst Grechza dari Trupp 5 merupakan satu-satunya serdadu dari Strurmabteilung Koch yang hanya menerima Iron Cross kelas 2. Sebelum berangkat pada 10 Mei pagi hari, kantin minumnya diisi dengan Rum dan bermaksud untuk diberikan kepada rekannya yang terluka nanti di Eben Emael. Tapi dia tidak sanggup menahan godaannya untuk minum rum sendirian dan kebanyakan sampai mabuk. Kedapatan sedang duduk merosot di dekat kubah kanon 120mm, dimana kubah tersebut sedang berputar dan masih berfungsi, lantas ditarik Serma Wenzel menjauh dari kubah.
    - Pasukan Belgia yang tertawan dipindahkan dari Eben Emael ke Dortmund, mereka disembunyikan dan diisolasi sementara dari tawanan perang lainnya. Karena mereka sebagai saksi atas dua senjata rahasia dan baru yang digunakan Jerman yaitu Glider dan hollow-charge. Hitler memerintahkan semua keberhasilan dari hollow-charge di Eben Emael di tutup semen, untuk menyembunyikan bukti dari senjata baru rahasianya. Ini dilakukan sebelum tamu-tamu dari negara lain dipersilahkan mengunjungi Eben Emael dua bulan kemudian.
    - Satu serdadu tawanan Belgia di kemudian hari secara sukarela mendaftar, lulus seleksi dan diterima menjadi serdadu dari Waffen-SS divisi ke 27 Langemarck dan tewas di front timur.

    Sturmgruppe Granit adalah pasukan penyerbu yang menduduki Eben-Emael tanggal 10 Mei 1940 dan dipimpin oleh Oberleutnant Rudolf Witzig. Unit ini terdiri dari 86 orang yang dibawa dengan menggunakan 11 buah glider:

    Trupp 1 - sasaran 18 (casemate Maastricht 2)
    Lt Egon Delica
    Fw Hans Nidermeier
    Fw Gerhard Raschke (pilot)
    Richard Drucks
    Peter Gräf
    Willi Krämer
    Heinrich List
    Wilhelm Stucke (pangkat terakhir Obergefreiter, 23 September 1917 - 20 Mei 1941)

    Trupp 2 - sasaran 23 (cupola 120)
    Ojäg Max Maier (KIA)
    Uffz Fritz Bredenbeck (pilot)
    Paul Bader (WIA)
    Hans Comdür
    Fritz Gehlich
    Gerhard Iskra
    Walter Meier (WIA)
    Wilhelm Ölmann

    Trupp 3 - sasaran 12 (casemate Maastricht 1)
    Ojäg Peter Arendt
    Uffz Alfred Supper (pilot)
    Erwin Franz
    Paul Kupsch
    Gustav Merz (WIA)
    Josef Müller
    Helmut Stopp

    Trupp 4 - sasaran 19 (MiNord)
    Ofw Helmut Wenzel (WIA)
    Uffz Otto Bräutigam (piloto)
    Kurt Engelmann
    Fritz Florian
    Fritz Köhler
    Karl Polzin
    Edmund ‘Eddi’ Schmidt
    Paul Windemuth (WIA)

    Trupp 5 - sasaran 29 (MICA)
    Fw Erwin Haug
    Uffz Heiner Lange (pilot) (WIA)
    Gerhard Becker
    Helmuth Bögle (KIA)
    Ernst Grechza
    Egon Hartmann (WIA)
    Franz Jannowski (WIA)
    Rudolf Stützinger

    Trupp 6 - sasaran 14 (cupola palsu)
    Ojäg Siegfried Harlos
    Uffz Erwin Ziller (pilot)
    Richard Bläser
    Werner Grams
    Hans Grigowski
    Walter Kippnick
    Franz Lukascheck
    Peter Zirwes

    Trupp 7 - sasaran 16 (cupola palsu)
    Ojäg Fritz Heinemann
    Uffz Heinz Scheidhauer (pilot) (WIA)
    Wilhelm Alefs
    Wilhelm Höpfner (WIA)
    Robert Michalke (WIA)
    Harm Mülder
    Aloys Paßmann (WIA)
    Wolfgang Schulz

    Trupp 8 - sasaran 31 (cupola Nord)
    Ojäg Otto Unger (KIA)
    Uffz Hans Distelmeier (pilot)
    Johannes Else (WIA)
    Ernst Hierländer
    Bruno Hooge (WIA)
    Kajetan Mayr (o Meyer?) (WIA)
    Herbert Plietz
    Heinz Weinert

    Trupp 9 - sasaran 13 (MiSud)
    Ojäg Ewald Neuhaus
    Uffz Günter Schulz (pilot)
    Hans Braun
    Rolf Jacob (WIA)
    Johann Körner
    Ernst Schlosser (WIA)
    Anton Seltmann
    Anton Toni Wingers

    Trupp 10 / Trupp Cadangan
    Ojäg Willie Hübel (KIA)
    Uffz Erwin Kraft (pilot)
    Budi Bansimir
    Leopold Gilg
    Werner Gutahn
    Hubert Hansing
    Kurt Jürgensen (KIA)
    Paul Kautz

    Trupp 11 / Trupp Cadangan
    Olt Rudolf Witzig
    Ojäg Fritz Schwarz
    Uffz Karl Pilz (pilot)
    Otto Braun (WIA)
    Uwe Johnsen
    Hans-Peter Krenz
    Fritz Kruck (KIA)
    5 Kekalahan NAZI
    Pertempuran Moskow (1941-1942), Kekalahan Besar Pertama Nazi Jerman Dalam Perang Dunia II!
    Generaloberst Heinz Wilhelm Guderian bersama pasukannya dalam Operasi Barbarossa, ketika musim dingin masih belum tiba dan gerak maju pasukan Hitler masih laju, 20 Agustus 1941
    Panzer-Panzer Jerman bergerak maju dalam perjalanan mereka menuju Moskow, 25 November 1941
    Para tentara Jerman yang kedinginan berusaha menghangatkan tubuh mereka dalam musim dingin Rusia yang kejam
    Setelah terjebak di medan lumpur pada musim gugur, kini panzer-panzer Jerman terjebak kembali, hanya saja kini di medan salju!
    Fase pertama Pertempuran Moskow : Ofensif Jerman
    Fase kedua Pertempuran Moskow : serangan balik Rusia
    Pertempuran Moskow merujuk kepada upaya pertahanan ibukota Soviet, Moskwa dan serangan balik terhadap pasukan Jerman yang berlangsung antara Oktober 1941 dan Januari 1942 di Front Timur pada Perang Dunia II.
    Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman dan sekutu-sekutunya menyerang Uni Soviet secara mendadak. Setelah berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan udara Uni Soviet pada saat masih berada di daratan, pasukan Jerman berhasil masuk jauh kedalam wilayah soviet dengan menggunakan taktik perang kilat atau Blitzkrieg. Divisi lapis baja dengan memakai gerakan menjepit berhasil memerangkap dan menghancurkan hampir keseluruhan tentara Soviet yang tersisa. Pasukan Jerman sendiri terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi Utara yang bertugas untuk menguasai Leningrad, Divisi Tengah yang bertugas merebut Moskow, dan divisi Selatan yang bertugas merebut wilayah.
    Pertahanan tentara Soviet sudah berada diujung tanduk, korban yang jatuh begitu banyak. Tinggal menunggu waktu saja kejatuhan dari Moskow. Pada awal Agustus 1942, Jerman berhasil merebut Smolensk, sebuah kota strategis pada arah menuju Moskow. Namun, pertempuran di Smolensk sendiri telah mengakibatkan Jerman harus menunda serangan ke Moskow sampai akhir September 1941. Keterlambatan ini sedikit banyak mengganggu strategi perang Blitzkrieg yang mengutamakan kecepata gerak, dan keterlambatan ini juga yang memberikan waktu cukup banyak bagi Tentara Soviet untuk mengonsolidasikan diri. Setelah melakukan persiapan, pada tanggal 2 Oktober 1941, Divisi Tengah dibawah Marshall Fedor Von Bock menyerang Moskow dengan kode Operasi Topan.
    Tentara Soviet di Front Barat, Front cadangan, Front Bryansk, dan front Kalinin, mempertahankan wilayah Moskow, mengalami banyak korban namun tetap bertempur mati-matian. Pada 10 Oktober 1941. Marshall Georgi Zhukov mengambil alih pimpinan front Barat dan Pertahanan Moskow.
    Kota Moskwa sekarang telah menjadi sasaran bagi serangan udara. Penduduk telah diperintahkan untuk membangun barikade di jalanan, bahkan pertahanan dibangun sampai ke wilayah Kremlin sebagai pusat pemerintahan. Pejabat-pejabat Pemerintahan Soviet, kecuali Stalin,telah pindah ke kota Kuybyshev (Samara, nama saat ini). Tujuan Stalin untuk tetap tinggal di Moskwa adalah untuk memberi contoh dan meningkatkan moral pasukan serta penduduk. Untuk menunjukan keinginan kuat dari tentara Soviet, Stalin pernah memerintahkan tentara Soviet pada perayaan revolusi 7 November untuk melakukan parade di Lapangan Merah, dimana pasukan yang melakukan parade berbaris langsung ke garis depan.
    Dilain pihak, Gerak maju Jerman telah mengalami penurunan. Pasukan Jerman sempat lumpuh sebagian akibat hujan turun, mengakibatkan jalan-jalan yang dilalui menjadi kubangan lumpur. Pada November 1941, Musim dingin di Rusia di mulai, masalah jalanan memang dapat teratasi karena jalanan kembali mengeras. Namun dilain pihak, pada saat musim dingin tersebut, tentara Jerman tidak dilengkapi dengan pakaian musim dingin, sebagai akibat prediksi Hitler yang menganggap Uni Soviet dapat jatuh di musim panas atau dalam waktu 2 bulan dari saat invasi awal dilakukan. Tidak hanya pakaian musim dingin yang kurang, peralatan Jerman seperti tank, persenjataan, dan kendaran-kendaraaan lainnya juga mogok akibat cuaca dingin dibawah 0° Celcius. Bahkan musim dingin yang terjadi pada saat itu, dianggap oleh orang Rusia sendiri sebagai yang paling dingin dari yang pernah terjadi sebelumnya.
    Pembangunan Pertahanan Soviet di depan kota Moskwa sendiri dilakukan secara tergesa-gesa. Pemimpin Soviet mengirim ribuan sukarelawan dan rekrutmen ke medan perang, bahkan termasuk diantaranya batalyon wanita langsung menuju senapan mesin. Di front Moskow-lah istilah Panfilovec menjadi istilah terkenal, mengambil nama I.V. Panfilov, komandan divisi senapan ke-316, yang tewas mengorbankan dirinya dalam pertempuran melawan tank Jerman. Hanya sedikit tentara Soviet yang selamat dalam pertempuran itu, dengan meninggalkan korban tentara Jerman yang tidak sedikit.
    Pada 27 November 1942, Tentara Jerman pernah sempat mencapai posisi paling timur dari invansi mereka ke Uni Soviet. Sebuah kelompok patroli tentara Jerman berhasil menguasai sebuah stasiun kereta api berjarak 27 kilometer diluar kota Moskwa, sebelum berhasil diusir oleh pasukan pertahanan Soviet.
    Pada 5 Desember 1941, setelah melihat gerak lambat pasukan Jerman dan mulai melemahnya semangat tempur mereka. Marshall Zhukov kemudian melancarkan serangan balik terbesar terhadap Tentara Jerman. Serangan balik dilakukan disemua sektor garis depan Moskow pada tanggal 6 Desember 1941. Sepanjang musim gugur, Zhukov secara diam-diam memindahkan tentara soviet dari Siberia yang masih segar dan bersenjata lengkap untuk mempertahankan Moskow. Namun, keberadaan pasukan ini sengaja ditahan, sampai tiba saatnya dilepas untuk melakukan serangan pada tanggal yang telah ditentukan. Zhukov mengandalkan informasi dari Richard Sorge, mata-mata Rusia, yang mengatakan bahwa Jepang tidak akan menyerang Uni Soviet. Informasi ini dipercaya, karena sebelumnya Sorge pernah memberikan informasi tepat mengenai invasi Jerman ke Uni Soviet (Operasi Barbarossa).
    Disaat tentara Jerman telah terlalu dekat dengan pusat Kota Moskow, Zhukov langsung memerintahkan divisi Siberia tersebut untuk menghadapi Jerman, divisi tersebut yang dilengkapi dengan Tank T-34 dan peluncur roket Katyusha baru serta telah siap dengan musim dingin berhasil memukul mundur pasukan Jerman yang telah kehabisan tenaga, lelah dan mengalami demoralisasi sebagai akibat musim dingin dan terlalu lama di medan perang. Pasukan Jerman dalam serangan tersebut berhasil dipukul mundur hinggaa 100 sampai 250 kilometer dari kota Moskow pada tanggal 7 Januari 1942. Pada bulan April 1942 Uni Soviet kembali mengonsolidasikan diri setelah berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Setelah serangan balik itu, tentara Jerman tidak dapat lagi melakukan serangan dan malah harus terus mundur. Mundurnya pasukan Jerman ini tidak lagi akan mengancam kota Moskow. Kemenangan dalam pertempuran ini meningkatkan semangat tentara dan rakyat Soviet, sedangkan bagi Jerman, kekalahan tersebut pada akhirnya membuktikan bahwa tidak selamanya tentara Jerman tak terkalahkan dan kekalahan mereka dalam pertempuran ini menunjukan kegagalan dari taktik perang Blitzkrieg.
    Setelah pertempuran itu, Jerman mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam pertempuran panjang dan berdarah dalam menghadapi Soviet, namun kali ini, Soviet yang mengambil inisiatif pertempuran. Menurut sumber terpercaya sources, sekitar 700.000 tentara merah terbunuh, luka atau hilang dalam fase pertahanan dan serangan balik dan sekitar 250.000 tentara poros terbunuh, hilang atau luka-luka sepanjang pertempuran berlangsung. Untuk mengenang kepahlawanan ini, Kota Moskow dianugerahi penghargaan Kota Pahlawan pada tahun 1965, khusus untuk memperingati 20 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945.